Nasional

Sejarawan Ragu Publik Dilibatkan dalam Penulisan Ulang Sejarah Nasional

NU Online  ·  Selasa, 22 Juli 2025 | 13:00 WIB

Sejarawan Ragu Publik Dilibatkan dalam Penulisan Ulang Sejarah Nasional

Menteri Kebudayaan (Menbud) RI Fadli Zon. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Sejarawan Universitas Nasional (Unas) Andi Achdian mengaku tidak meyakini terkait progres Menteri Kebudayaan (Menbud) RI Fadli Zon yang akan melibatkan masyarakat saat uji publik penulisan sejarah ulang nasional.


"Kalau respons, saya tetap tidak percaya semua masukan publik diterima. Semua jalan sendiri. Yang terjadi juga sosialisasi di antara mereka sendiri, tidak ada dialog benar-benar," katanya saat dihubungi NU Online pada Selasa (22/7/2025).


Andi juga pernah berkomentar bahwa dalam proses penulisan sejarah, pemerintah perlu membentuk komite independen.

 

Terlebih lagi, menurutnya, proses penulisan tersebut berlangsung dalam waktu yang singkat dan rencananya akan diluncurkan sebagai kado peringatan HUT ke-80 RI pada 17 Agustus 2025 mendatang.


"Negara-negara yang dengan tradisi yang lebih baik punya itu (komite independen). Inggris memberikan ke kampus atau tokoh-tokoh ternama yang punya kredibilitas untuk menjalankan, dan mereka tidak bilang itu official (resmi) karena mereka tahu konsekuensinya," kata Andi saat diwawancarai untuk Program Menjadi Indonesia, dikutip NU Online pada Senin (9/6/2025).


Dalam tayangan tersebut, Andi juga mengutip Paul Ricœur dalam konsep Hermeneutika Kecurigaan bahwa masyarakat perlu curiga ketika negara mulai mengatur hal-hal liar seperti labelisasi resmi dalam penulisan ulang sejarah.


Lebih lanjut, Andi menegaskan bahwa labelisasi sejarah resmi hanya lahir dari kekuasaan yang fasis dan otoriter. 


"Karena dalam pengalaman sejarah yang gemar menggunakan sejarah, klaim kesejarahan di dalam sistem kekuasaannya adalah kecenderungan fasistik dan kecenderungan otoritarianisme yang lahir," ujarnya.


Sebelumnya, Fadli Zona menjelaskan bahwa proyek penulisan ulang sejarah nasional saat ini tengah memasuki tahap uji publik. Ia memastikan proses ini akan terus berjalan hingga rampung.


“Kalau soal penulisan sejarah kita sedang uji publik atau diskusi publik nanti dan justru kita akan menambahkan soal misalnya masuknya Islam ke Indonesia dengan temuan-temuan situs Bongal (Sungai Lumut, di Desa Jago-jago, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumut) sekarang ya,” kata Fadli saat ditemui NU Online di Lobi Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (21/7/2025).


Ia juga menjelaskan, salah satu temuan penting dalam penulisan sejarah ini adalah bukti arkeologis yang menunjukkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 Masehi.


Fadli Zon juga menyoroti pentingnya menguatkan narasi sejarah yang selama ini terabaikan, termasuk peran Nahdlatul Ulama (NU) dalam Resolusi Jihad. Menurutnya, kontribusi NU ini belum mendapat tempat dalam sejarah resmi.