Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
NU Online · Sabtu, 19 Juli 2025 | 19:00 WIB
M Fathur Rohman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Forum Koordinasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) menegaskan arah perjuangannya untuk memperkuat struktur kelembagaan dan kaderisasi organisasi dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) yang digelar bertepatan dengan Harlah Ke-13 FKDT.
Ketua Umum DPP FKDT, KH Lukman Hakim menyampaikan bahwa Rapimnas menjadi momentum penting untuk menata soliditas organisasi agar FKDT menjadi lebih kuat, berdaya, dan memiliki arah gerak yang berkesinambungan.
"Ini adalah ikhtiar FKDT untuk membangun soliditas organisasi. Kita akan membentuk sistem kaderisasi agar organisasi semakin kuat dan pengurusnya punya rasa memiliki yang kuat," ujar Lukman pada Peringatan Harlah dan Rapimnas FKDT di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Subroto, Tebet, Jakarta, Sabtu (19/7/2025).
Menurutnya, sistem kaderisasi yang baik adalah fondasi bagi keberlanjutan perjuangan FKDT dalam mengadvokasi pendidikan keagamaan nonformal di Indonesia, terutama Madrasah Diniyah Takmiliyah yang saat ini masih menghadapi tantangan serius baik dari sisi regulasi maupun kesejahteraan tenaga pendidiknya.
Dalam Rapimnas tersebut, FKDT juga menyepakati penyelenggaraan ajang seni dan olahraga antar-santri madrasah diniyah secara nasional di tahun mendatang, dengan rencana pelaksanaan di Jawa Tengah. Ajang ini diharapkan dapat memperkuat karakter, bakat, dan solidaritas di antara para santri diniyah dari seluruh Indonesia.
"Tahun depan kita akan datang dengan olahraga-olahraga dan seni antar-bindian nasional di Jawa Tengah. Kita sudah persiapkan segala sesuatunya, termasuk juknis dan hal-hal teknis lainnya," terang Lukman.
Tolak FDS
Salah satu sikap strategis yang ditegaskan dalam Rapimnas adalah penolakan terhadap kebijakan full day school. Menurut FKDT, kebijakan ini berpotensi menggerus ruang hidup madrasah diniyah, TPQ, pesantren sore, dan berbagai lembaga pendidikan Islam nonformal lainnya.
"Sesuai komitmen FKDT, kita akan bersama-sama kekuatan lain, dengan NU, Muhammadiyah, untuk menolak pelaksanaan full day school yang berpotensi memberangus keberadaan Madrasah Diniyah Takmiliyah, TPQ, pesantren, dan lain-lain," tegas Lukman.
FKDT menilai, kebijakan pendidikan formal tidak boleh mengabaikan peran lembaga pendidikan nonformal yang selama ini berkontribusi dalam membentuk akhlak dan karakter bangsa.
Kesejahteraan guru MDT
Dalam Rapimnas, isu kesejahteraan guru MDT juga menjadi perhatian serius. H Lukman mengungkapkan bahwa masih banyak guru madrasah diniyah yang menerima honor sangat rendah, bahkan di bawah Rp500 ribu per bulan.
"Angka 500 ribu bahkan di bawahnya itu sebenarnya angka yang sangat tidak manusiawi. Tapi karena keikhlasannya, ustadz Madrasah Diniyah itu tidak goyah. Tetap istiqamah mengajar baik di jenjang Awaliyah, Wustha, maupun Ulya," tuturnya.
FKDT berharap pemerintah memberikan perhatian nyata, baik dalam bentuk regulasi afirmatif maupun alokasi anggaran yang berpihak kepada para pengabdi pendidikan akar rumput tersebut.
Lukman juga menyampaikan bahwa selama 13 tahun terakhir, FKDT telah aktif melakukan konsolidasi dan edukasi kepada para ustadz dan guru madrasah diniyah di berbagai daerah. Tujuannya adalah untuk memastikan keberlangsungan pembelajaran yang berkualitas serta penguatan advokasi terhadap hak-hak mereka.
"Kita membersamai, menurunkan edukasi kepada ustadz-ustadz, guru-guru Madrasah Diniyah Takmiliyah agar memberikan pembelajaran yang baik, yang benar, dan memberikan suri teladan kepada santri," jelasnya.
FKDT menyatakan siap terus bersinergi dengan pemerintah dan organisasi masyarakat Islam untuk menjaga keberlangsungan pendidikan diniyah di Indonesia, baik dalam konteks penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas santri, maupun pengakuan formal terhadap peran MDT sebagai bagian penting dari ekosistem pendidikan nasional.
Menag akui peran madin
Pada kesempatan tersebut Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya kehadiran negara dalam memperkuat pendidikan nonformal seperti Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) yang selama ini berperan besar dalam pembinaan akhlak dan spiritualitas anak-anak Indonesia, khususnya di kalangan masyarakat akar rumput.
Kata Menag, pendidikan nonformal seperti madrasah diniyah ini sering jadi ‘anak tengah’ yang dilupakan. Padahal di sinilah karakter bangsa dibentuk. "Negara harus hadir dan mengakui peran strategis mereka,” ujar Menag.
Menag menyebut bahwa madrasah diniyah memiliki keunggulan karena menjangkau wilayah-wilayah yang tidak dijangkau oleh sekolah formal, dan selama ini dijalankan dengan penuh dedikasi oleh para ustadz dan guru di tengah berbagai keterbatasan.
"Mereka berada di akar rumput, mengajarkan agama, akhlak, dan spiritualitas kepada anak-anak dari keluarga biasa, bahkan miskin. Tapi justru dari tempat-tempat seperti inilah moral bangsa dibentuk," jelasnya.
Ia menegaskan, MDT bukan hanya pelengkap pendidikan, tapi justru unsur penyempurna pendidikan nasional yang tidak boleh dikesampingkan.
"Kalau rumah ada tiangnya tapi tidak ada perabotnya, belum sempurna. Maka madrasah diniyah adalah pelengkap yang menyempurnakan. Bahkan bisa kita sebut sebagai suplemen moral bangsa," terangnya.
Menag juga mengingatkan bahwa guru-guru MDT seharusnya tidak hanya dianggap sebagai pengajar (mu’allim), tetapi harus ditempatkan sebagai mursyid pembimbing spiritual yang menyampaikan ilmu dari Allah kepada murid.
"Guru madrasah itu bukan hanya mu’allim, tapi mursyid. Ia seperti pipa yang menyalurkan air dari mata air (Allah) ke dalam gelas (murid). Ini tugas yang mulia dan tidak boleh diremehkan," ungkapnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
3
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
4
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
5
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
6
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
Terkini
Lihat Semua