MPLS Harus Jadi Momentum Edukasi untuk Putus Mata Rantai Kekerasan di Sekolah
NU Online · Kamis, 10 Juli 2025 | 12:00 WIB
Jakarta, NU Online
Sejumlah sekolah dan madrasah tengah atau akan menggelar masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS). Kegiatan ini penting sebagai momentum untuk memutus mata rantai kekerasan yang masih kerap terjadi di lingkungan sekolah.
"Untuk memutus mata rantai kekerasan di lingkungan sekolah atau biasa dikenal bullying dan perundangan, MPLS menjadi sarana penting untuk membangun komitmen anti kekerasan oleh semua pihak, baik sesama siswa, guru, tenaga kependidikan, dan orang tua," ujar Aris Adi Leksono, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Waktu Luang dan Budaya, melalui rilis tertulisnya pada Kamis (10/7/2025).
Sebab, lanjutnya, hasil pengawasan KPAI menunjukkan bahwa mata rantai kekerasan pada satuan pendidikan sulit diputus karena adanya normalisasi pewarisan praktik kekerasan dalam berbagai bentuk, baik fisik maupun verbal.
"Maka penting dalam pelaksanaan MPLS kepala sekolah dan guru memastikan tidak ada kekerasan dalam setiap tahapan acara," lanjut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) itu.
Panitia MPLS tidak hanya dilepas kepada OSIS atau kakak kelas, tapi juga harus menyertakan guru sebagai pengawas dan pembina setiap acara. Hal ini penting guna memastikan ketiadaan kekerasan, diskriminasi, serta perlakuan salah lainnya.
Ia juga berharap MPLS dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi dan sosialisasi langkah pencegahan dan penanganan kekerasan pada satuan pendidikan. Ia menyebut konsepsi anti kekerasan bisa disampaikan dalam momentum tersebut. Pun peran bersama sebagai pelopor antikekerasan dan pelaporan ketika terjadi kekerasan juga penting menjadi materi yang dibagikan kepada segenap siswa baru.
"Momentum MPLS juga penting sebagai sarana sosialisasi tata tertib dan SOP penanganan ketika terjadi kekerasan, baik kepada siswa maupun kepada orang tua," ujar pria yang menamatkan doktoral bidang pendidikan di Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung itu.
Hal ini, lanjutnya, diperlukan agar ada kesepahaman dan kesadaran untuk mencegah dan menangani kekerasan dengan pendekatan sistem yang menjunjung kebenaran, keadilan, efek jera, dan pemulihan.
KPAI mengapresiasi Kemendikdasmen dan Kemenag yang mencanangkan MPLS Ramah, dengan menerbitkan panduan yang memuat langkah teknis, materi anti kekerasan, serta prinsip perlindungan anak dan menghormati hak anak. "Semoga melalui MPLS Ramah akan terputus mata rantai kekerasan pada satuan pendidikan, sehingga terwujud satuan pendidikan yang aman, nyaman, dan menggembirakan," pungkasnya.
MPLS ramah
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen Suharti menyampaikan bahwa MPLS Ramah merupakan momen penting dan strategis dalam proses adaptasi murid baru di lingkungan satuan pendidikan baru. MPLS bukan sekadar kegiatan seremonial atau rutinitas tahunan, tetapi menjadi bagian penting dari proses membangun budaya positif di satuan pendidikan.
Tak hanya itu, Suharti juga menuturkan bahwa melalui masa pengenalan, diharapkan dapat mengenal nilai-nilai sekolah, memahami lingkungan belajar, membangun interaksi positif dengan guru dan teman sebaya, serta menumbuhkan semangat belajar yang menyenangkan.
“Oleh karena itu dalam masa pengenalan ini, pelaksanaannya harus dirancang secara menyeluruh, bermakna, dan berfokus pada kebutuhan perkembangan para murid,” tuturnya sebagaimana dikutip dari situsweb Kemendikdasmen.
Ia juga menerangkan jika Kemendikdasmen memiliki komitmen dalam menghadirkan perubahan nyata dalam lingkungan belajar yang berpihak pada anak. “Salah satunya adalah menyusun Panduan Pelaksanaan MPLS Ramah yang dapat digunakan oleh semua satuan pendidikan sebagai rujukan resmi,” terang Suharti.
“Panduan Pelaksanaan MPLS Ramah ini, guru juga menjadi lebih memahami karakteristik dan kebutuhan perkembangan setiap murid baru, sehingga mampu merancang proses pembelajaran mendalam yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan,” tambahnya.
Ia turut mengajak pemangku kepentingan, insan pendidikan dan orang tua untuk saling memberikan penguatan agar menjadikan MPLS Ramah sebagai sebuah momen yang menyenangkan.
“Mari kita jadikan MPLS Ramah sebagai momen transisi yang menggembirakan dan membangun bagi anak-anak kita. Bukan beban, tapi harapan. Bukan ketakutan, tapi menumbuhkan rasa aman dan nyaman,” pungkas Sesjen Suharti.
Sementara itu, Kepala Pusat Penguatan Karakter, Rusprita Putri Utami, menyampaikan bahwa kebijakan MPLS Ramah dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang berkesadaran (Mindful), bermakna (Meaningful), dan menggembirakan (Joyful) untuk memperkuat karakter dan profil lulusan.
“Dalam Surat Edaran Mendikdasmen, dengan pelaksanaan selama lima hari di minggu pertama tahun pelajaran baru yang berlaku pada jenjang PAUD, SD, SMP, SMA/SMK. Pengecualian untuk satuan Pendidikan berasrama atau boarding school dapat disesuaikan sesuai kebutuhan dengan mempertimbangkan karena memiliki kebutuhan adaptasi yang lebih kompleks”, ujar Rusprita.
Tujuan dari MPLS Ramah untuk menumbuhkan dan menguatkan karakter serta profil lulusan, membantu murid baru beradaptasi secara sosial dan emosional, mengenalkan kurikulum, sarana prasarana, dan budaya satuan pendidikan serta menjadi dasar pemetaan kebutuhan perkembangan murid oleh guru.
Hal tersebut juga menjadi salah satu wadah pembiasaan positif murid yang dimulai dari menyapa guru, bersikap sopan, dan menjaga kebersihan serta saling menghormati satu sama lain.
Rusprita menekankan jika kegiatan MPLS Ramah dalam pelaksanaannya dibagi menjadi dua bagian. “Kegiatan yang bersifat wajib harus dilaksanakan dengan mengacu pada silabus dan pilihan yang dipilih sesuai dengan ciri khas dan kebutuhan satuan Pendidikan masing-masing,” katanya.
Di sisi lain, MPLS Ramah juga menekankan hal-hal yang dilarang agar menghilangkan praktik perpeloncoan, kekerasan, segala bentuk aktivitas yang merugikan dan tidak mendidik para murid serta kegiatan yang tidak membebani orang tua melalui pungutan dalam bentuk apapun.
Harapannya agar transformasi budaya sekolah yang dimulai sejak hari pertama dalam bentuk MPLS Ramah untuk menjadi gerbang menuju pendidikan yang memuliakan murid, mengedepankan karakter, dan membangun ekosistem aman, nyaman, dan menggembirakan di sekolah.
Terpopuler
1
Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Idarah 'Aliyah JATMAN Masa Khidmah 2025-2030
2
Khutbah Jumat: Muharram, Bulan Hijrah Menuju Kepedulian Sosial
3
Penggubah Syiir Tanpo Waton Bakal Lantunkan Al-Qur’an dan Shalawat di Pelantikan JATMAN
4
Rais Aam PBNU: Para Ulama Tarekat di NU Ada di JATMAN
5
Gencatan Senjata Israel-Hamas
6
Gus Yahya: NU Berpegang dengan Dua Tradisi Tarekat dan Syariat
Terkini
Lihat Semua