Di Hadapan Buruh, Ketua PBNU Kenang Perjuangan Gus Dur Membela Kepentingan Rakyat Kecil
NU Online · Sabtu, 9 Agustus 2025 | 21:00 WIB

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Mohamad Syafi' Alielha (Savic Ali). (Foto: dok. LTN PBNU/Wahab)
Haekal Attar
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Mohamad Syafi' Alielha (Savic Ali) mengenang kiprah Presiden Keempat RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam memperjuangkan kepentingan rakyat kecil.
Hal itu disampaikannya di hadapan para buruh Federasi Serikat Pekerja Pelabuhan dan Strategis Nasional (FSPPSN) yang telah resmi mendeklarasikan diri untuk berafiliasi ke dalam Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (K-Sarbumusi) di lobi gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, pada Sabtu (9/8/2025).
Lebih lanjut, Ia menyampaikan bahwa Gus Dur adalah sosok yang selalu membuka pintu bagi siapa pun yang ingin mengadu nasib, jauh sebelum banyak orang percaya bisa mendapatkan keadilan dari institusi resmi negara.
“Saya teringat dulu zaman Gus Dur dimana waktu itu Gedung PBNU masih dua lantai dan kecil kaya bangunan Belanda, jadi kalau menerima orang sebanyak ini nggak akan bisa,” katanya.
Menurutnya, Gus Dur tidak selalu bisa menyelesaikan masalah yang disampaikan, namun kesediaannya untuk mendengarkan sudah sangat berarti bagi masyarakat di tengah kondisi sosial-politik yang saat itu penuh ketidakpastian.
“Jadi saya sering melihat Gus Dur menerima kaum mustadhafin itu menghadap beliau tidak selalu masalahnya bisa dipecahkan, tetapi menerima saja sudah sangat bermakna karena zaman itu memang banyak masalah tapi tidak bisa mengadu ke siapa-siapa, mau mengadu ke polisi juga belum yakin pada waktu itu, jadi lapornya ke Gus Dur,” kenangnya.
Ia menyebut, Gus Dur melalui perannya sebagai Ketua Umum PBNU mampu menyerap berbagai persoalan kerakyatan langsung dari sumbernya.
“Didengarkan oleh Gus Dur itu sudah sesuatu yang luar biasa dan buat Gus Dur sebagai Ketua Umum PBNU itu juga luar biasa karena Gus Dur jadi mengetahui banyak sekali persoalan yang terjadi masyarakat,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan keyakinannya bahwa Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya juga memiliki komitmen besar terhadap persoalan kerakyatan, sebagaimana yang pernah diteladankan Gus Dur.
“Gus Yahya selalu menceritakan bahwa menjadi kiai itu kalau dia sudah melakukan dua hal, satu memang ngaji atau mulang ngaji, yang kedua riayatul ummah (mengayomi umat),” ucapnya.
Lebih lanjut, Savic menjelaskan bahwa dua hal yaitu mengajar agama dan merawat umat adalah ciri khas ulama NU, yang tidak banyak dijumpai di negara-negara lain.
“Kalau bapak ibu pergi ke Saudi, yang namanya ulama itu ngaji aja tapi tidak riayatul ummah, nggak ngurusi masyarakat, pintunya tidak terbuka untuk masyarakat sampai malam. Sementara kalau di kiai NU itu yang bikin capek itu bukan ngaji, nerima tamu. Karena tamunya tidak berhenti,” tuturnya.
Ia juga menceritakan bahwa Gus Dur hampir tidak pernah memiliki waktu istirahat sejak subuh karena sudah harus menerima tamu.
“Gus Dur dulu dari habis shubuh itu tamunya sudah nungguin, boro-boro mau tidur lagi, sudah nerima tamu. Sementara kiai-kiai tetap bergadang,” ujarnya.
Tak hanya itu, Savic menegaskan pentingnya semangat keadilan sosial dalam pembangunan. Ia mengajak seluruh pihak untuk memastikan bahwa tidak ada kelompok yang tertinggal dalam proses kemajuan bangsa.
“Oleh karena itu menurut saya menjadi penting bagaimana keadilan baru bisa diciptakan di tingkat tertentu, equilibrium, ada balancing of power, ada keseimbangan,” pungkasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata
2
Khutbah Jumat: Menjadikan Aktivitas Bekerja sebagai Ibadah kepada Allah
3
Khutbah Jumat: Menjaga Kerukunan dan Kerja Sama Demi Kemajuan Bangsa
4
Khutbah Jumat: Dalam Sunyi dan Sepi, Allah Tetap Bersama Kita
5
Redaktur NU Online Sampaikan Peran Strategis Media Bangun Citra Positif Lembaga Filantropi
6
Ribuan Santri Pati Akan Gelar Aksi Tolak Kenaikan Tarif PBB 250 Persen hingga 5 Hari Sekolah
Terkini
Lihat Semua