Nasional

Gusdurian Sebut Filantropi Lintas Iman Bisa Jadi Kekuatan Besar untuk Bangun Indonesia

NU Online  ·  Sabtu, 9 Agustus 2025 | 14:01 WIB

Gusdurian Sebut Filantropi Lintas Iman Bisa Jadi Kekuatan Besar untuk Bangun Indonesia

Alissa Wahid di Acara diskusi FIFEST 2025: Budaya dan Ekosistem Filantropi untuk Dampak yang Lebih Baik: Membuka Potensi Filantropi untuk SDGs dan Agenda Iklim. (Foto: tangkapan layar Perhimpunan Filantropi Indonesia)

Jakarta, NU Online 

 

Direktur Jaringan Gusdurian Alissa Wahid mengajak masyarakat lintas agama untuk saling bekerja sama membantu sesama. Menurutnya, salah satu hambatan terbesar saat ini adalah kurangnya rasa percaya dan kerja sama antarumat beragama.

 

"Kalau kita mau maju, ruang-ruang kebersamaan harus diperbanyak. Jangan hanya fokus membantu kelompok sendiri, tapi juga teman-teman dari agama lain," kata Alissa di Acara diskusi FIFEST 2025: Budaya dan Ekosistem Filantropi untuk Dampak yang Lebih Baik: Membuka Potensi Filantropi untuk SDGs dan Agenda Iklim dikutip NU Online Sabtu (9/8/2025).

 

Ia menjelaskan Indonesia punya modal besar karena hampir semua masyarakatnya menganggap agama sangat penting. Tokoh agama juga punya pengaruh kuat untuk menggerakkan umat. 

 

"Kalau pemuka agama bilang ayo membantu, biasanya semua ikut. Sayang sekali kalau kekuatan ini terhambat," ujarnya.

 

Sebagai contoh, Alissa menceritakan kerja sama Jaringan Gusdurian dengan Gereja Kristen Protestan di Papua untuk membangun gereja bagi warga yang kehilangan tempat tinggal akibat konflik bersenjata. 

 

"Masyarakat antarumat beragama itu sebenarnya sangat mudah bergerak dan digerakkan," tambahnya.

 

Alissa menekankan pentingnya memperkuat kerja sama lintas iman dalam kegiatan filantropi untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

 

Menurutnya, hambatan terbesar saat ini adalah rendahnya kepercayaan dan kolaborasi antarumat beragama yang mencapai 46 persen berdasarkan survei.

 

"Kalau ini hambatannya, berarti kerja kita harus banyak di sini, mempererat ruang-ruang bersama. Jangan hanya fokus ke kelompok sendiri, tapi bekerja bersama teman-teman dari agama yang berbeda," ujarnya.

 

Ketua PBNU itu pun yakin jika kerja sama lintas iman diperkuat, bukan hanya masalah kemiskinan yang bisa diatasi, tetapi juga tujuan pembangunan dunia.

 

"Mari kita naikkan levelnya, dari filantropi berbasis agama menjadi filantropi lintas iman, untuk kemajuan bangsa dan dunia," tandasnya.

 

Di acara yang sama, Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar menegaskan pemerintah siap bekerja sama dengan gerakan filantropi untuk mengatasi kemiskinan.

 

"Filantropi adalah mitra strategis pemerintah. Kita harus bersatu dan bergotong royong agar tidak ada satu pun warga yang tertinggal," kata Muhaimin.

 

Ia mengajak seluruh pihak mendukung Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 yang fokus pada tiga hal yaitu menekan pengeluaran masyarakat, meningkatkan pendapatan, dan mengurangi daerah-daerah miskin.