Jakarta

Pastikan Tepat Sasaran, Pemprov Jakarta Perlu Prioritaskan Bantuan untuk Guru Ngaji di Perkampungan

NU Online  ·  Rabu, 16 Juli 2025 | 06:00 WIB

Pastikan Tepat Sasaran, Pemprov Jakarta Perlu Prioritaskan Bantuan untuk Guru Ngaji di Perkampungan

Ketua RMINU DKI Jakarta KH Rakhmad Zailani Kiki usai Apel Hari Santri di Kantor PCNU Jakarta Utara, Selasa (22/10/2024). (Foto: NU Online Jakarta/Ambar)

Jakarta, NU Online Jakarta

Ketua Rabithah Ma’had Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) DKI Jakarta KH Rakhmad Zailani Kiki meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memprioritaskan anggaran bantuan Rp 3,5 miliar per bulan untuk para guru ngaji di lapisan bawah.


Menurutnya, banyak guru ngaji di lapisan bawah selama ini berjuang di tengah keterbatasan ekonomi, terutama mereka yang berkhidmah di kampung-kampung, rusun, serta masjid-masjid kecil yang luput dari perhatian.


“Kalau benar ada anggaran per bulan untuk guru ngaji, saya sangat berbahagia. Tapi tolong tepat sasaran. Guru ngaji yang mengajar di hunian-hunian vertikal, di rusun, yang masjidnya kurang makmur, itulah yang harus jadi prioritas,” ujar Kiai Kiki kepada NU Online Jakarta, Selasa (15/7/2025).


Kiai Kiki juga menyebutkan bahwa guru ngaji yang tinggal di permukiman padat maupun rusun-rusun Jakarta pada umumnya mereka mengajar di lingkungan yang ekonominya lemah. Bahkan kata dia, mereka seringkali hanya menerima upah jauh di bawah kebutuhan hidup layak di Jakarta.


“Ada guru ngaji yang saya tugaskan ngajar di rusun Pademangan, rumahnya di Koja. Jarak jauh, bayaran sedikit. Karena memang kemampuan jamaahnya juga terbatas,” kata dia.


Kiai Kiki menyarankan, untuk memastikan bantuan itu tepat sasaran, pemerintah harus merujuk pada basis data yang tersedia di berbagai lembaga keagamaan.


Kiai Kiki menyampaikan bahwa RMINU Jakarta memiliki data guru ngaji melalui cabang-cabangnya, termasuk Lembaga Dakwah NU (LDNU), Dewan Masjid Indonesia (DMI), Kementerian Agama, hingga Koordinasi Dakwah Islam (KODI) DKI Jakarta.


“Data-data guru ngaji ini tersebar, tapi bisa disinkronkan. KODI, misalnya, punya ribuan alumni pendidikan dakwah yang kini menjadi guru ngaji. Itu semua bisa jadi rujukan,” jelas Kiai Kiki.


Selengkapnya klik di sini.