Berhaji Unik Ala Warga Rusia, Makan dan Tidur di Bus Satu Bulan (1)
NU Online · Selasa, 23 November 2010 | 09:25 WIB
Haji tak mengenal jarak, usia dan suku bangsa. Asal diberi istitha a (kemampuan), seseorang diwajibkan untuk menunaikan rukun Islam kelima ini. Semangat inilah yang mengilhami warga Rusia meski harus melalui perjuangan nan berat.
Lorong-lorong pusat barang grosir dan loak di Haraj, Jeddah, Ahad (21/11), begitu lain dari biasanya. Pemandangan tidak lazim karena tampak berderet bus-bus yang jarang ditemui di Jeddah, Mekkah atau Madinah sekalipun. Ukuran bus itu sebenarnya layaknya Metromini atau Kopaja di Jakarta. Yang cukup membedakan bus-bus itu hanyalah bentuknya yang sebagian besar lonjong dan usianya sudah tua.
>
Selain itu, warna-warna bus pun mencolok, seperti polos putih kusam dan kuning tua. Di sekeliling bus-bus itu, tampak beberapa jamaah yang sudah uzur asyik beristirahat sambil mengobrol.
Bus pun tak rapi lagi. Jok-jok di dalam dibuang habis, diganti dengan dipan-dipan. Di atas dipan itu, dipasang kasur tipis berikut bantal. Kondisi dalam tampak sumpek karena penuh dengan barang bawaan, kardus maupun pakaian maupun selimut yang nyanthol di sana-sini. Di atap bus, segala ubo rampe memasak pun tampak penuh, dari kompor minyak, jeriken minyak tanah, galon air minum, dandang, wajan hingga oleh-oleh dari Mekkah seperti air zamzam.
Karena keheranan dengan pemandangan ini, kami berupaya mendekati dan bertanya kepada beberapa lelaki di samping bus itu. Namun, pertanyaan begitu sulit mereka jawab. Diberi pertanyaan bahasa Inggris, mereka angkat tangan. Sementara ketika diganti dengan bahasa Arab, mereka juga geleng-geleng kepala.
Karena terdorong ingin mengetahui mereka lebih dalam, kami pun berupaya menyodorkan kertas agar mereka menulis sendiri asal negara dengan bantuan pertanyaan bahasa Arab standar, seperti maa ismuka (siapa nama Anda), min aina (dari mana). Langkah ini sedikit membantu. Mereka pun akhirnya menulis asal muasal mereka, meski bukan dengan huruf alpabet. "Dagestan, kami jamaah haji," begitu mereka menegaskan pertanyaan saya dengan lisan.
Dagestan, salah satu negara yang penduduknya mayoritas muslim di Rusia. Negara ini beribukota di Makhachkala, sebelah barat Laut Kaspia. Pengakuan mereka ini diperkuat dengan bus-bus yang mereka gunakan juga berpelat nomor Rusia. Yang luar biasa, jarak negara bekas komunis ini dengan Arab Saudi bukan sekadar ratusan kilometer, namun mencapai 5.000 kilometer lebih. Jika di Indonesia mungkin sepuluh kali lipat perjalanan dari Jakarta ke Solo.
Namun perjalanan tak semudah itu. Sebab selain ribuan kilometer, mereka harus melewati perbatasan puluhan negara. Jalur mereka bisa lewat Irak ataupun Yordania dan Syiria. "Perjalanan kami paling cepat 25 hari, biasanya sampai satu bulan," ujar Ali Hajri, salah satu anggota rombongan. Karena semua rombongan tak bisa berbahasa Arab dengan lancar, wawancara pun terpaksa dibantu seorang pedagang yang kebetulan sedikit mengenal bahasa Rusia. (min/Kemenag)
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
4
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
5
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
6
Pos-Pos Petugas Penentu Kelancaran Lalu Lintas Jamaah di Jamarat Mina
Terkini
Lihat Semua