Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
NU Online · Senin, 26 Mei 2025 | 12:13 WIB

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH A Bahauddin Nursalim (Gus Baha) saat memberikan pengajian di Haul-32 KH Ali Maksum. (Foto: @yayasanalimaksum)
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH A Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengatakan bahwa alasan fikih melarang membaca panjang hamzah pada lafadz takbir 'Allahu Akbar' karena bisa berpotensi menjadikan istifham (bertanya).
Dalam ilmu nahwu, istifham adalah kalimat tanya atau permintaan informasi. Maka menurut Gus Baha, pada bab shalat di kitab Fathul Muin, ketika ada orang yang takbir shalat lalu mengucapkan hamzah pada lafadz Allah terlalu lama maka dalam kondisi normal shalatnya tidak sah. Karena keluar dari tujuan takbir.
"Gara-gara lafadz Allah dalam takbir dibaca panjang maka berakibat ada kepastian lafadz ini terdapat hamzah istifham. Kalau tujuan mengucapkan lafadz Allah, pasti hamzahnya tidak panjang," katanya dikutip dari akun yYouTube STAI Al-Anwar, Senin (26/02/2025).
Gus Baha menjelaskan, salah satu huruf istifham adalah hamzah yang dibaca agak panjang. Sehingga bila hamzah di lafadz Allah akbar (الله اكبر) dibaca panjang maka artinya berubah menjadi menanyakan apakah Allah maha besar. Meragukan kebesaran Allah, berdampak meragukan keberadaan dan kekuasaan Allah.
"Karena kalau dibaca pas takbir dengan bunyi Aaaaallahu Akbar. Itu artinya kayak bertanya, apakah betul Allah itu akbar atau besar? Ucapan seperti itu bisa dikategorikan kafir resmi. Karena meragukan Allah," beber Gus Baha.
Namun, Gus Baha memiliki pendapat khusus jika yang mengucapkan adalah orang yang tidak tahu ilmu nahwu bab istifham, orang tua, seseorang yang baru belajar shalat dan tidak berniat merubah makna dari kata Allahu akbar. Maka ada keringanan, sebab ketidaktahuannya.
"Meskipun begitu, saya berpendapat bahwa shalatnya tetap sah, karena disebut sebagai istifham. Sebab yang mengucapkan tidak paham maksud dari istifham dan cara bacanya," imbuhnya.
Alasan Gus Baha, karena kalau dibilang tidak sah shalat seseorang yang menjadikan huruf hamzah pada lafadz Allah Akbar sebagai istifham, ternyata yang baca tidak paham. Tentu kasihan, sebab meskipun ia membaca hamzahnya dengan panjang, tapi ia memiliki keyakinan artinya tetap Allah Maha Besar. Karena ia tidak paham istifham.
"Ketika dibilang tidak sah, ternyata yang mengucapkan itu orang-orang tua yang ada di kampung kan niatnya tidak meragukan Allah itu besar atau tidak; niatnya ya menyebutkan Allah itu besar," ujar Gus Baha.
Gus Baha pun berpendapat tidak menganggap orang yang tidak tahu bab istifham sebagai murtad. Karena dampaknya terlalu jauh bila menghukumi sampai ranah murtad bagi seseorang yang baru mengenal IsIam dan shalat. Stigma murtad juga bisa mempersulit orang yang baru tahap awal atau tidak tahu.
"Mau kalian cap sebagai murtad? Orang dia itu tidak tahu apa itu istifham. Lha orang dia baru saja mulai coba shalat kemarin, orang kayak begini kan kasihan. Masak baru belajar shalat, sekali praktik lalu dianggap murtad, kan kasihan. Dia belajar shalat untuk menghindari murtad," ujarnya.
Gus Baha juga mengingatkan kepada tokoh-tokoh agama dan penceramah yang pernah membaca kitab Fathul Muin yang bilang shalatnya tidak sah, agar berpendapat shalat dengan takbir yang membaca hamzah panjang pada lafadz Allah tetap sah.
Namun, Gus Baha menggarisbawahi bahwa bab ini khusus untuk orang tidak tahu. Kalau seseorang yang pintar dan tahu bab istifham malah tetap sesuai kaidah yaitu tidak sah shalatnya. Bahkan, bagi yang tidak bodoh dan paham hukum istifham malah bisa dikategorikan murtad asli. Karena sengaja membaca hamzah lafadz Allah dengan istifham.
"Saya kalau ketemu kiai-kiai kampung yang pernah ngaji dan bilang hal ini tidak sah, saya pasti bilang sah. Lalu dibantah, kan itu jadi istifham, Gus? Saya jawab, itu kan kalau katamu, lha yang mengucapkan tidak niat istifham kok. Barakah tidak tahu itu malah menjadikan hukumnya sah," tutupnya
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
3
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
4
Jamaah Diimbau Hindari Sebar Video Menyesatkan, Bisa Merusak Ibadah Haji
5
Pos-Pos Petugas Penentu Kelancaran Lalu Lintas Jamaah di Jamarat Mina
6
Hilal Awal Dzulhijjah 1446 H Berpotensi Terlihat di Aceh
Terkini
Lihat Semua