Ziarah ke Makam KH Imam Aziz, Ketum PBNU: Lanjutkan Warisan Perjuangan untuk Umat
NU Online · Senin, 21 Juli 2025 | 21:00 WIB

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat berdoa di pusara KH Imam Aziz di Kompleks Pesantren Bumi Cendekia, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (21/7/2025) sore. (Foto: TVNU/Junaidi Ghufron)
M Fathur Rohman
Kontributor
Sleman, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) berziarah dan takziyah ke makam KH Imam Aziz di Kompleks Pesantren Bumi Cendekia, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (21/7/2025) sore.
Gus Yahya datang untuk memberikan penghormatan kepada KH Imam Aziz yang wafat pada Sabtu (12/7/2025) lalu. Dalam kunjungannya, Gus Yahya menyebut Kiai Imam sebagai figur penting dalam gerakan keulamaan dan aktivisme Nahdlatul Ulama yang konsisten merawat umat di tingkat akar rumput.
"Kiai Imam adalah figur aktivis NU yang telaten merawat umat akar rumput. Mari kita lanjutkan warisan perjuangan beliau. Ilmu, ketulusan, dan komitmen pada maslahat umat," ujar Gus Yahya.
Ia berharap seluruh ikhtiar KH Imam Aziz selama hidupnya menjadi mata air keberkahan yang tak pernah kering.
Tak hanya itu, dalam kesempatan tersebut, Gus Yahya juga memberikan pesan khusus kepada para santri Bumi Cendekia. Ia mengajak mereka untuk menjaga tradisi belajar-mengajar (ta’allum dan tadris) yang selama ini menjadi bagian penting dari pesantren tersebut.
"Saya berpesan kepada segenap santri Bumi Cendekia untuk menjaga ta’allum dan tadris, diabdikan tidak lain untuk mengharap ridha Allah swt," tuturnya.
Ia menutup pesan tersebut dengan doa agar Allah swt memberikan karunia dan keberkahan bagi KH Imam Aziz serta seluruh pihak yang terus melanjutkan perjuangannya.
"Dengan memulai dari detik itu, semoga Allah swt memberi karunia berkah nikmat yang agung untuk kita dan untuk guru kita KH Imam Aziz. Al-Fatihah," pungkasnya.
KH Imam Aziz adalah tokoh penting dalam gerakan kaum muda Nahdliyin. Dia pernah menginisiasi Mubes Warga NU di Cirebon pada tahun 2004 untuk menjaga Khittah Nahdliyin; Pusat Krisis Nahdliyin pada Muktamar Nahdliyin di Boyolali.
Ia adalah salah seorang pendiri Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) Yogyakarta dan terkenal karena berbicara tentang rekonsiliasi nasional terhadap penyintas tragedi 1965 dengan membentuk Masyarakat Santri untuk Advokasi Rakyat (Syarikat).
Saat berada di PBNU, ia mendukung penulisan Ensiklopedia NU (2014) dan berkontribusi besar pada dua permusyawaratan tertinggi NU sebagai ketua pelaksana, yakni Muktamar ke-33 NU di empat pesantren di Jombang pada 2015 dan Muktamar ke-34 NU di Lampung pada 2021.
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
4
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
5
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua