Nasional

Menag Sebut Program Nikah Massal Bantu Warga Hemat Biaya Pernikahan

NU Online  ·  Kamis, 4 September 2025 | 15:30 WIB

Menag Sebut Program Nikah Massal Bantu Warga Hemat Biaya Pernikahan

Ilustrasi: pasangan Nikah Massal bertajuk Cinta dalam Ridha Ilahi di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (4/9/2025). (Foto: NU Online/Fathur)

Jakarta, NU Online 

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan bahwa penyelenggaraan nikah massal bukan hanya seremoni, melainkan wujud hadirnya negara untuk membantu masyarakat yang kesulitan melaksanakan pernikahan, baik karena biaya maupun kendala administrasi.


“Negara datang untuk membantu warganya dalam melaksanakan pernikahan. Banyak sekali orang mau menikah, tapi terhambat dengan biaya. Ini gratis semuanya, tidak ada biaya,” ujar Menag saat menghadiri Nikah Fest bertajuk Cinta dalam Ridha Ilahi di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (4/9/2025).


Dalam kegiatan ini, sebanyak 100 pasangan mengikuti prosesi akad nikah. Seluruh kebutuhan pernikahan ditanggung pemerintah, termasuk mahar, penginapan satu malam di hotel, serta bantuan modal usaha sebesar Rp2 juta per keluarga.


Menag menilai langkah ini sekaligus dapat mengurangi beban biaya besar yang biasa dikeluarkan masyarakat untuk menikah.


"Kalau dua juta orang menikah setiap tahun dengan biaya minimal 100 juta, itu berarti ada perputaran ekonomi hingga Rp200 triliun. Lebih baik dana sebesar itu bisa dialihkan untuk kebutuhan keluarga, usaha, dan pendidikan anak," jelasnya.


Menag menekankan bahwa akta nikah bukan hanya dokumen administratif, melainkan dasar untuk memperoleh dokumen lain seperti akta kelahiran, kartu keluarga, KTP, hingga paspor untuk ibadah haji.


"Kalau tidak punya akta nikah, otomatis sulit mendapatkan dokumen lain yang penting bagi kehidupan keluarga," tegasnya.


Di antara ratusan pasangan muda yang mengikuti Nikah Fest, terdapat kisah berbeda dari Bunyamin (63) dan Trihayati (58), pasangan tertua dalam acara ini. Pertemuan mereka berawal dari sebuah acara dangdutan di Jakarta, hanya sepekan sebelum memutuskan menikah.


"Usia saya sudah 63. Yang saya butuhkan sekarang bukan kemewahan, tapi teman hidup, teman salat, teman bicara. Itu saja sudah cukup," kata Bunyamin usai ijab kabul.


Trihayati menambahkan bahwa di usianya, ia hanya mencari ketenangan dan kebersamaan. "Yang saya cari hanya kasih sayang dan kebersamaan sampai akhir hayat," ujarnya.


Keduanya kini resmi menjadi pasangan suami-istri, mendapat dukungan berupa mahar, suvenir, modal usaha, serta fasilitas hotel sebagaimana pasangan lainnya.


Program nikah massal Kemenag dilaksanakan setiap dua bulan sekali di Masjid Istiqlal serta di sejumlah provinsi dan kabupaten. Kegiatan serupa juga telah digelar di Taiwan dengan 87 pasangan, dan akan diperluas ke Hong Kong, Malaysia, serta Arab Saudi.


Menag menyebut, nikah massal dapat difasilitasi tidak hanya untuk umat Islam, tetapi juga bagi pemeluk agama lain melalui direktorat jenderal masing-masing. Dengan demikian, negara hadir memastikan pernikahan warga berjalan sah secara hukum, adat, dan agama.