Nasional

Hikmah di Balik Waktu Lahir Nabi Muhammad: Senin, Rabiul Awwal, Tahun Gajah

NU Online  ·  Kamis, 4 September 2025 | 19:30 WIB

Hikmah di Balik Waktu Lahir Nabi Muhammad: Senin, Rabiul Awwal, Tahun Gajah

Ilustrasi Nabi Muhammad. (Foto: dok. NU Online)

Jakarta, NU Online

Ulama abad ke-16 asal Mesir Jalaluddin as-Suyuti dalam karya berjudul Husnul Maqshid fi Amalil Maulid menyingkap hikmah di balik waktu lahirnya Nabi Muhammad saw. Hal ini sebagaimana disampaikan Wakil Sekretaris LBM PBNU Alhafiz Kurniawan dalam artikelnya yang berjudul Hikmah di Balik Maulid Hari Senin Rabiul Awwal. 


As-Suyuti menawarkan, ada sejumlah hikmah di balik penentuan waktu lahir Nabi Muhammad, di antaranya yakni hari Senin yang ditandai dengan penciptaan pohon. Menurutnya, hal ini menandakan kehadiran Muhammad ibarat pohon, yang banyak memberi manfaat bagi kehidupan.


"Hari Senin mengingatkan pada penciptaan makanan pokok, rezeki, aneka buah, dan ragam kebaikan yang menjadi logistik dan asupan manusia serta menyenangkan hati mereka," tulis Alhafiz, dikutip Kamis (4/9/2025).


Pendapat serupa disampaikan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki di dalam kitab Adz-Dzakairul Muhammadiyah. Baginya, Nabi Muhammad dilahirkan pada hari Senin karena menjadi perlambang kasih sayang bagi alam raya. Penafsiran ini ia alamatkan kepada surah Al-Anbiya' ayat 107.


"Sebab, Senin merupakan hari yang tidak ada banyak tanggungan ibadah sebagaimana, misalnya, hari Jumat yang terdapat sejumlah kegiatan keagamaan bagi umat Muslim seperti shalat Jumat khutbah, dan ibadah, dan sebagainya," terang Muhammad Abror dalam artikelnya berjudul Rahasia di Balik Hari, Bulan, dan Tahun Kelahiran Nabi Muhammad.


Rabiul Awwal

Kemudian terkait bulan lahir Nabi Muhammad, as-Suyuti memaknainya secara etimologis. Baginya, Rabi' bermakna musim semi menggambarkan musim yang ideal. Hal ini selaras dengan ajaran-ajaran yang dibawa Nabi Muhammad.


Pemilahan bulan ini, menurut Sayyid Muhammad, juga untuk menghalau anggapan kemuliaan Nabi Muhammad bergantung pada kemuliaan bulan-bulan tertentu (asyhurul hurum).


"Seandainya Nabi Muhammad saw dilahirkan pada waktu mulia yang sudah ada, niscaya orang mengira bahwa Nabi Muhammad saw menjadi mulia karena dilahirkan pada waktu mulia," jelas Alhafiz.


Tahun Gajah

Lalu menurut Ibnu Katsir dalam karya tafsirnya Tafsirul Quranil 'Adzim memaknai Tahun Gajah dipilih sebagai tahun lahirnya karena pasukan Abrahah tidak berhasil membumihanguskan Ka'bah. Peristiwa ini, bagi Ibnu Katsir, merupakan isyarat Allah untuk menjaga keadilan sekaligus menyambut kelahiran utusan-Nya.


"Secara tidak langsung, seolah Allah berpesan: Wahai suku Quraisy sekalian, kami menolong kalian dengan mengalahkan Habasyah bukan karena kalian lebih mulia (dari para ahlul kitab). Kami hanya ingin menjaga Ka’bah yang kelak akan kami muliakan dan kami agungkan dengan diutusnya Nabi yang ummi," tulis Muhammad Abror, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon itu.