Cerita Lucu Gus Yahya soal Kiai Berpoligami, Tunjukkan Budaya Dinamis dan Berbeda
NU Online Ā· Sabtu, 6 Mei 2023 | 20:30 WIB
Muhammad Aiz Luthfi
Penulis
Purwakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyebut, perlu ada sebuah klasifikasi pada sebuah norma yang dianut oleh masyarakat. Hal ini gunaĀ membedakan antara ajaran agama qathāi yang tidak bisa diganggu gugat atau sebuah budaya yang bersifat dinamis dan masih bisa didiskusikan.
āDi lingkungan kita yang terdekat saja, kita bisa lihat perbedaan budaya satu sama lain,ā kata Gus YahyaĀ saat mengisi sambutan dalam acara Halaqah Fiqih Peradaban dan Bahtsul Masail Kiai dan Nyai Se-Indonesia yang berlangsung di Pesantren Al-Muhajirin Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu (6/5/2023).
Ia mencontohkan, laki-laki Madura dikenal punya budaya poligami, sedangkan pria di Jawa Tengah tidak demikian. āApalagi Jawa Tengah pesisir, lebih beda lagi,ā tambahnya.
Mengenai hal ini, Gus Yahya punya cerita lucu tentang kiai Madura dan Jawa Tengah. Suatu hari, kata Gus Yahya, ada sebuah kegiatan yang digelar di suatu pesantren di daerah Jawa Tengah pesisir.
āSejumlah kiai-kiai berkumpul di ruang tamu kiai fulan lah, ndak usah saya sebut nama supaya tidak menimbulkan fitnah,ā katanya.
Dari sejumlah kiai dalam forum tersebut, sambung Gus Yahya, ada seorang kiai Madura yang berpoligami, sedangkan kiai Jawa Tengah yang menjadi pribumi ini diketahui hanya punya satu istri. Hal ini kemudian menjadi bahan gojlokan kiai Madura.
āKalau kiai kita ini, ini memang kiai ātakwaā, takut sama istri tua. Lah wong sunah Rasul kok ndak berani,ā kata Gus Yahya sambil mengucapkannya dengan dialek Madura.
Rupanya, ruang tamu itu dengan ruang tengah hanya disekat dengan tirai kelambu. Ternyata di ruang tengah ada istri kiai pribumi yang mendengar percakapan para kiai, termasuk gojlokan kiai Madura. Saat itu juga sang istri langsung merespons.
āCangkeme sopo iku? Mulutnya siapa itu? Kata nyai fulan,ā ucap Gus Yahya yang membuat hadirin tertawa.
Mendengar suara bu nyai fulan itu, kiai Madura pun mengaku bisa jadi masuk jajaran kiai ātakwaā.
āAduh kalau begini biarpun saya juga takut. Terus pamitan,ā kata Gus Yahya dengan dialek Madura yang lagi-lagi disambut tawa hadirin.
Gus Yahya menegaskan, hal ini menjadi bukti bahwa budaya satu daerah dengan daerah lain belum tentu sama dan budaya bisa bergerak secara dinamis. Di Madura misalnya, perempuan bisa menerima poligami, sedangkan di daerah Jawa Tengah sebaliknya.
Pewarta: Aiz Luthfi
Editor: Syakir NF
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
6
Khutbah Jumat: Merajut Kebersamaan dengan Semangat Gotong Royong
Terkini
Lihat Semua