Asrul Sani Pemikir Raksasa Kebudayaan di Zamannya
NU Online · Senin, 25 Maret 2013 | 12:00 WIB
Jakarta, NU Online
Asrul Sani merupakan seorang pemikir kebudayaan di era 1950-an. Di kalangan kawan-kawannya, ia merupakan pionir yang merumuskan konsep kebudayaan nasional di usia muda Indonesia merdeka.
<>
Perihal itu disampaikan oleh Wakil Sekjen PBNU Abdul Mun‘im DZ kepada NU Online di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya Nomor 164, Jakarta Pusat, Senin (25/3) sore.
“Surat Kepercayaan Gelanggang yang diterbitkan 18 Februari 1950 merupakan satu dari konsep kebudayaan yang cukup mempengaruhi banyak orang,” kata Wakil Sekjen PBNU.
Asrul, lanjut Abdul Mun‘im DZ, pernah diundang untuk memberikan pidato kebudayaan di Belanda. Masyarakat dunia waktu itu hendak mendengarkan buah pemikiran kebudayaan dari Asrul Sani, tegasnya.
Asrul Sani yang pernah sekelas dengan Pramoedya A Toer saat sekolah di Taman Siswa, mengatakan dalam sebuah wawancara di Media Indonesia pada tahun 1994 bahwa “Budaya itu sebenarnya kata kerja.”
Asrul Sani yang membesarkan Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (LESBUMI) di tahun 1962-an menunjuk sebuah contoh. Saat hari hujan, manusia akan mengambil daun pisang untuk menaungi tubuhnya. Kerja mengambil daun pisang itu merupakan sebuah tindakan budaya.
Bagi Asrul Sani, kebudayaan merupakan suatu dialog antara tanggapan dan jawaban. Nilai-nilai kebudayaan datang dari kehidupan itu sendiri. kalau kehidupan itu berubah, maka datang pula tantangan baru yang menuntut jawaban yang baru.
Penulis: Alhafiz Kurniawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
6
Khutbah Jumat: Merajut Kebersamaan dengan Semangat Gotong Royong
Terkini
Lihat Semua