Warta

PMII Diharap Jadi Kiblat Generasi Muda

NU Online  ·  Kamis, 3 November 2011 | 11:24 WIB

Tegal, NU Online 
Meilhat aspek pergaulan bebas,  generasi muda yang gampang dihasut dan diadu domba, sehingga seolah-olah generasi muda tidak mempunyai prinsip , padahal masa depan bangsa dan agama berada di pundak anak muda . <>

Ketika generasi muda yang lemah , Jangankan memikirkan bangsa memikirkan dirinya sendiri saja bisa. Kita tenggok sejarah ratusan tahun yang lalu ketika Indonesia ini masih berbentuk kerajaan, begitu tangguhnya kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara, itu juga karena peran anak muda. 

Untuk itu saya berharap PMII  menjadi kiblat bagi generasi muda sekarang, untuk memberikan tauladan  yang terbaik bagi bangsa dan negara untuk mengisi kemerdekaan ini. 

Demikian disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet, Cirebon, KH Lutfi Hakim saat didaulat menjadi pembicara dalam kegiatan Refleksi Sumpah pemuda dan halaqoh kebangsaan yang di gelar oleh PC. Pergerakan Mahasisiwa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Tegal di Aula Kampus Sekolah Tinggi Agma Islam Bakti Negara Tegal, Sabtu (29/10) malam.                 

KH Lutfi Hakim pun menyebut untuk mempertahankan bangsa dan negara ini untuk mencapai kemerdekaan juga tidak bisa dilepas dari peranan ulama . Ulama dan rakyat bersatu memperkokoh bangsa dan negara. “Bahkan ulama yang meletakan pondasi NKRI sebagai harga mati,“ jelasnya. 

Beliaupun memandang sistem pendidikan di Indonesia hanya menjadikan generasi muda sebagai kelinci percobaan. “Ganti menteri ganti kurikulum, ganti menteri ganti kebijakan. Bahkan yang lebih parah pendidikan menjadikan merosotnya moral bangsa, karena pendidikan yang semestinya untuk membangun generasi muda tetapi diolah menjadi lembaga bisnis yang bersifat matrialistis. TK di Jakarta biayanya lebih mahal dari pada Perguruan tinnggi di Tegal," ungkapnya. 

Dalam halaqoh tersebut Beliau pun menyesalkan sikap ideologi-ideologi Islam baru yang masuk ke Indoesia, dengan mengatasnamakan ajaran kemudian menghancurkan negara, mengebom, melakukan pemakaran. 

Akibatnya Islam kehilangan sikap universal dan fleskibelnya. Bahkan ada yang mengada-adakan yang sebenarnya tidak ada dalam Islam, seperti Negara Islam, bahkan kalau di cari di Al-Qur’an dan Hadisnya tidak ada. Karena negara punya ada batas wilayah dan waktu kalau Islam tidak ada batas negara dan waktu. 


Redaktur    : Syaifullah Amin 

Kontributor : Abdul Muiz