Nasional

Gerakan Nurani Bangsa Tekankan Kebijakan Ekonomi Harus Berdampak pada Kesejahteraan

NU Online  ·  Kamis, 14 Agustus 2025 | 19:00 WIB

Gerakan Nurani Bangsa Tekankan Kebijakan Ekonomi Harus Berdampak pada Kesejahteraan

Gerakan Nurani Bangsa saat jumpa pers di Galeri Nasional Jakarta, Kamis (14/8/2025). (Foto: LTN PBNU/Anisa)

Jakarta, NU Online

Kesejahteraan Indonesia masih menjadi persoalan yang pelik meskipun banyak indikator 
ekonomi makro mengalami perbaikan. Pertumbuhan ekonomi tidak otomatis menjamin 
peningkatan kesejahteraan rakyat terutama pelaku ekonomi mikro dan kelompok rentan.


Ketimpangan pendapatan yang tinggi dan dominasi ekonomi pada segelintir orang yang 
mengendalikan sektor ekstraktif dan properti memperburuk situasi yang ada. Hal ini menjadi sorotan para tokoh dari Gerakan Nurani Bangsa. 

 

Koordinator GNB, Alissa Wahid mengatakan presiden dan jajarannya perlu memastikan 
perubahan paradigma sehingga pendekatan kebijakannya lebih strategis, inklusif dan 
berbasis bukti. 


"Pendekatan ekonomi dari bawah (bottom up) yang melibatkan komunitas 
dan dukungan teknokrat kredibel perlu dilakukan untuk meningkatkan relevansi dan 
dampak program – program kesejahteraan serta kelestarian lingkungan yang adil," kata Alissa dalam konferensi pers di Galeri Nasional, Kamis (14/8/2025).


Tokoh lainnya, Kardinal Suharyo mengatakan hari-hari terakhir ini salah satu berita yang diangkat adalah mengenai kemiskinan. Angka-angka yang dikutip dalam artikel menunjukkan kesenjangan dalam hal ekonomi yang diukur statistik oleh lembaga dalam negeri maupun luar negeri.


"Kalau angka kemiskinan di Indonesia begitu tinggi itu karena banyak hati nurani yang tidak mampu berbicara lagi," kata Suharyo.


Misalnya 67 persen korupsi Indonesia dilakukan oleh pejabat aktif, kemudian perbandingan angka kemiskinan yang dikeluarkan BPS jaraknya jauh dibandingkan angka dunia. "Ini sangat jauh dari realitas yang ada hari ini," jelasnya. 


Sejumlah tokoh bangsa yang tergabung dalam organisasi masyarakat sipil bernama Gerakan Nurani Bangsa menyampaikan delapan pesan kemerdekaan yang merupakan hasil sarasehan kebangsaan yang dilakukan pada 8 Juli 2025 dan melibatkan para akademisi, koalisi masyarakat sipil, menteri dan wakil menteri. 


Hadir dalam acara tersebut Istri presiden ke-4 Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Prof Quraish Shihab, Mgr Ignatius Kardinal Suharyo, Omi Komariah Nurcholish Madjid, Pdt Jacky Manuputty, Frans Magniz Suseno SJ, Erry Riyana Hardjapamekas, Karlina Supelli, Lukman Hakim Saifuddin.