Warta

Kader NU Pelopori Kebangkitan Perfilman Nasional

NU Online  ·  Selasa, 27 Mei 2008 | 02:16 WIB

Jakarta, NU Online
Sejarah perfilman nasional telah dimulai sejak era 1950-an. Namun, ada kenyataan yang barangkali terlupakan dalam sejarah itu, yakni, kader Nahdlatul Ulama (NU) yang memelopori kebangkitan dunia karya sinematografi itu.

Demikian diungkapkan Anggota Komisi I DPR RI, Arif Mudatsir Mandan, saat berbicara pada diskusi bertajuk ”Mengembalikan Film Indonesia ke Khittah 1950” di Gedung Pengurus Besar NU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (26/5).<>

“Sebut saja nama-nama, seperti, Djamaluddin Malik, Usmar Ismail, Asrul Sani. Mereka adalah orang NU. Sampai sekarang masih diakui jasa-jasanya,” terang Arif Mudatsir yang juga Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

Hal yang sama dikatakan Pemimpin Redaksi NU Online, Abdul Mun’im DZ, yang juga hadir pada diskusi itu. Ia menjelaskan, Usmar Ismail dan kawan-kawan pernah memelopori gerakan perlawanan terhadap masuknya film-film dari Amerika Serikat meski sempat diprotes oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) kala itu.

“Usmar Ismail diprotes PKI gara-gara tidak mau memboikot film-film dari Amerika (Serikat). Jawab beliau: ‘Kita melawan Amerika bukan dengan memboikot, tapi mencipta, membuat karya (baca: film tandingan)’,” jelas Mun’im.

Djamaluddin Malik, Usmar Ismail dan Asrul Sani merupakan aktivis NU yang tergabung dalam Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi). Saat itu Lesbumi berafiliasi dengan Partai NU pada 1960-an.

Ketika pertentangan politik semakin panas, semua kegiatan lembaga kebudayaan, antara pro dan kontra komunis, lebih berbau politik. Justru mereka yang tidak tergabung dalam lembaga kebudayaan yang memiliki sikap budaya yang jelas, seperti Manifesto Kebudayaan (Manikebu).

Tiga sineas besar itu juga pernah menjadi pemrakarsa utama, surat kepercayaan gelanggang yang muncul pada 1950. Surat yang menjadi tongkat estafet sastrawan-seniman yang menamakan diri “Angkatan 45” kemudian dipandang cikal-bakal paham humanisme-universal dalam kebudayaan Indonesia sebagai “pewarna” dalam Manikebu. (rif)