In Memoriam Bunda Iffet Slank: Mata Air Kasih Sayang
NU Online · Jumat, 2 Mei 2025 | 17:16 WIB
Ngatawi Al-Zastrouw
Kolomnis
Minggu 26 April, kami kehilangan sosok ibu yang berjasa dalam dunia musik dan gerakan antinarkoba. Bunda Iffet, sosok pembimbing band Slank dan komunitas Slanker yang aktif dalam gerakan sosial antinarkoba meninggal dunia.
Saya merasa perkenalan dengan Bunda Iffet sebagai bentuk karunia Allah. Dari beliau kami belajar tentang kesabaran, ketulusan dan kasih sayang. Bunda Iffet telah mengajarkan kepada kami bagaimana kekuatan cinta dan kesabaran dapat menaklukkan liarnya nafsu dan menjebol kuatnya belenggu Narkoba.
Perkenalan itu terjadi 14 tahun silam. Waktu itu, bulan November 2011, saya lupa tanggal persisnya, ketika sedang konser keliling bersama Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur, tiba-tiba masuk telepon dari seseorang yang belum dikenal. Sang penelepon memperkenalkan diri sebagai Bunda Iffet. Saya sama sekali tidak mengira bahwa yang menelpon adalah Bunda Iffet Slank.
“Mas Zastrouw, ini Bunda Iffet Slank,” demikian suara lembut di ujung telepon, seolah menangkap keraguan saya.
Penulis Kaget dan setengah tak percaya.
“Iya, Bunda. Ada apa ya?” tanya penulis ragu.
“Kok hanya Mas Iwan yang diajak keliling ke pesantren. Kami kan ingin juga ke pesantren. Ajak dong anak-anak Slank ke pesantren seperti Iwan,” katanya.
“Oh..., boleh, Bunda. Kalau teman-teman Slank ingin keliling pesantren, kami siap menemani. Ini kami masih keliling dengan Mas Iwan Fals di Sumatera. Nanti setelah sampai Jakarta, saya sowan Bunda untuk bicarakan lebih lanjut,” sambung penulis mulai yakin kalau yang telepon benar-benar bunda Iffet Slank.
“Masih keliling, ya? Oke nanti kalau sampai Jakarta kita obrolin lagi ya.”
Demikian perkenalan kami dengan Bunda Iffet, melalui telepon. Meski baru pertama kali komunikasi, tapi rasanya sudah akrab dan dekat. Seolah-olah kita sudah lama berhubungan.
Setelah tiba di Jakarta, penulis langsung ke markas Slank di jalan Potlot untuk sowan Bunda Iffet dan bertemu dengan para personel Slank. Kami membicarakan rencana Silaturahmi Slank ke pesantren-pesantren bersama Ki Ageng Ageng Ganjur.
Pertemuan pertama dengan Bunda Iffet telah menanamkan kesan mendalam dalam diri saya. Kesan itu tidak hilang hingga hari ini yaitu kesan seorang ibu yang lembut dan penuh kasih sayang tetapi memiliki kekuatan dahsyat.
Bunda Iffet Dampingi Slank Keliling Pesantren
Dari pertemuan itu, kami sepakat untuk berkolaborasi dalam program roadshow Slank dan Ki Ageng Ganjur ke pesantren. Namun, setelah kesepakatan diambil, saya agak bingung, dari mana dapat dana untuk membiayai program tersebut. Meskipun Slank rela tidak dibayar sesuai standar konser, tapi tetap saja kita perlu biaya untuk penyediaan equipment, keamanan, transportasi dan lain-lain.
Akhirnya, penulis menawarkan program tersebut ke PT. Djarum. Alhamdulillah, Djarum bersedia menjadi sponsor. Pendek cerita, akhirnya program roadshow kolaborasi Ki Ageng Ganjur dengan Slank ke pesantren dapat terlaksana.
Saat kami berdiskusi merencanakan roadshow ke pesantren, Bimbim dan personel Slank yang lain terkesan masih ragu. Mereka memang ingin ke pesantren, bermain musik bersama dengan para santri, menebarkan spirit cinta melalui lagu di kalangan santri. Namun mereka ragu, apakah pesantren dapat menerima kehadiran mereka? Apakah jenis musik mereka dapat diterima para kiai?
Berkat nasehat dan dorongan bunda Iffet, akhirnya mereka yakin dan mantap sehingga bersedia melaksanakan roadshow ke pesantren bersama Ki Ageng Ganjur.
Yang menarik, Bunda Iffet tidak sekadar berhasil membesarkan hati para personel Slank untuk main di pesantren, tetapi juga dapat meyakinkan mereka, bahwa kegiatan ini bukan kegiatan komersil, tetapi kegiatan amal, bentuk pengabdian Slank ke masyarakat sekaligus kesempatan berguru kepada para kiai.
Dengan demikian, para personel Slank tidak mendapat honor sebagaimana layaknya konser. Mereka juga tidak mendapat fasilitas sebagaimana mestinya. Mereka kadang tidur di pesantren atau penginapan kelas melati yang ada di dekat pesantren.
Bagi saya ini merupakan peristiwa luar biasa. Sebagai artis besar nasional, bahkan sudah memiliki reputasi dunia, tapi mereka mau datang ke pelosok dengan fasilitas ala kadarnya dan honor yang tidak seberapa. Tanpa ada kekuatan besar dan sentuhan yang masuk ke hati, hal seperti ini tidak akan terjadi. Kekuatan besar yang mampu menyentuh hati itu adalah Bunda Iffet.
Dalam roadshow ke pesantren ini, Slank tidak hanya melakukan konser musik berkolaborasi dengan Ki Ageng Ganjur, tetapi juga bersilaturahmi dengan para kiai pengasuh pesantren, dialog kebangsaan dengan para santri, berziarah ke makam para ulama dan wali, taushiyah serta tanam pohon. Semua kegiatan ini diikuti dengan penuh semangat dan bergairah oleh para personel Slank dan para Slankers (penggemar Slank).
Event pertama dilaksanakan pada 17 Maret 2012 di stadion Kraksan, Probolinggo, dengan tajuk Djarum Coklat Xtraligi. Selama setahun kami roadshow di 25 pesantren di Jawa.
Sejak saat itu, hubungan kami dengan Bunda Iffet menjadi semakin dekat. Tahun pertama event berjalan sukses sehingga Djarum memperpanjang kontrak. Pada tahun berikutnya, 2013, Djarum menambah jumlah event menjadi 30 titik di Jawa dan Sumatera. Selanjutnya, pada tahun 2014 kontrak diperpanjang lagi sekitar 15 titik. Pengurangan jumlah titik karena jelang pemilu tidak boleh ada kegiatan konser terbuka.
Banyak pengalaman menarik bersama Bunda Iffet selama roadshow kolaborasi Slank dan Ki Ageng Ganjur. Selama roadshow berlangsung, Bunda Iffet selalu ikut hadir mendampingi. Kami banyak belajar dari kebersamaan itu.
Ada sekitar 70-an pesantren yang tersebar di pelosok Jawa dan Sumatera yang kami kunjungi bersama Slank dalam waktu lebih dua tahun. Tidak ada satu pun pesantren yang dilewati oleh Bunda Iffet. Usia dan kondisi fisik tidak menghalangi beliau untuk mendampingi Slank dan Slanker roadshow ke Pesantren.
Saya masih ingat, ketika Bunda Iffet memberikan arahan pada Kaka, Bimbim dan personel Slank lainnya mengenai adab dan etika saat bertemu para kiai, menghadapi para santri para penggemar yang mengajak foto serta saat berziarah di makam. Bunda membimbing mereka dengan penuh ketulusan dan kesabaran dan para personel Slank mentaati seluruh wejangan yang diberikan Bunda Iffet.
Yang menarik, pengaruh etik Bunda Iffet ini tidak hanya terjadi di kalangan para personel Slank, tetapi juga kepada para Slanker. Saya melihat sendiri, anak-anak yang kelihatan sangar, berpenampilan beringas dengan tubuh penuh tato dan tindik, mereka itu sangat patuh dan hormat pada Bunda Iffet. Jika ada keributan atau perkelahian saat konser, maka semua akan berhenti ketika Bunda Iffet tampil ke panggung dan memberikan seruan agar berhenti.
Selama lebih dua tahun Bunda Iffet mendampingi Slank bersama Ki Ageng Ganjur roadshow ke pesantren, kami mengetahui dedikasinya dalam membimbing perjalanan hidup para personel Slank, terutama ketika menghadapi masa-masa sulit saat mereka terjerat dalam narkoba.
Dengan kesabaran tingkat tinggi, Bunda Iffet membimbing dan mendampingi para personel Slank sehingga mereka dapat lepas dari jerat narkoba. Ini bukan persoalan mudah dan ringan.
Pengalaman Bunda Iffet melepaskan para personel Slank dari jerat narkoba, ini kemudian mendorong beliau untuk memperluas pengabdiannya dengan melakukan hal yang sama pada para penggemar Slankers. Dengan penuh ketulusan dan kasih sayang, Bunda membina para mereka yang terjebak narkoba, membuka konsultasi dan pendampingan. Bunda menjadikan markas Slank di jalan Potlot menjadi tempat konsultasi dan rehabilitasi anak-anak Slankers sehingga banyak di antara mereka yang dapat lepas dari jerat narkoba.
Dari sini saya melihat, Bunda Iffet tidak sekadar pilar keluarga, tetapi juga penggerak perubahan positif di dunia musik Indonesia. Melalui perjuangannya yang tulus dan penuh kesabaran, Bunda Iffet mampu mengubah image musik Slank yang urakan dan liar menjadi dinamik yang penuh makna. Dari musik sebagai pemancing keributan menjadi sarana menebar cinta dan kasih sayang. Perubahan ini berpengaruh besar terhadap para penggemar musik Indonesia, terutama para Slankers sendiri.
Pada sisi itu, Bunda Iffet adalah sosok yang merelakan diri menjadi sandaran bagi anak-anak muda yang sedang galau dan resah. Menjadi pembimbing bagi anak-anak yang ingin mencari “jalan pulang”.
Kini Bunda Iffet telah pergi meninggalkan kita, tapi jejak perjuangan dan spirit pengabdiannya dalam dunia musik Indonesia akan terus dikenang. Bunda Iffet adalah mata air yang mengalirkan kesejukan dan menumbuhkan benih semangat hidup anak-anak muda yang salah jalan. Dedikasinya dalam mendampingi anak-anak Slank dan para Slanker adalah inspirasi positif bagi para ibu dan perempuan Indonesia. Semua ini akan menjadi amal kebajikan yang akan mengantarkan Bunda menghadap Allah.
Selamat jalan, Bunda, ibu dari para anak muda yang sedang mencari jalan pulang, pembimbing para musisi penuh dedikasi. Beristirahatlah dengan damai di sisi-Nya.
Ngatawi Al-Zastrouw, budayawan, pendiri dan pemimpin Ki Ageng Ganjur
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua