Jakarta, NU Online
Saban Kamis, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah. Anjuran ini didasarkan atas sejumlah hadits Rasulullah saw. Setidaknya, Ustadz Muhamad Abror menguraikan tiga keutamaan puasa rutin setiap pekan ini berdasarkan tiga hadits.
Hal ini sebagaimana dikutip NU Online dari artikel berjudul Tata Cara Puasa Senin-Kamis: Niat, Waktu, dan Keutamaannya pada Rabu (11/6/2025).
Baca Juga
Hukum Puasa, Tapi Tinggalkan Shalat
1. Hari Senin dan Kamis adalah hari dibukanya pintu surga
Senin dan Kamis merupakan hari saat Allah swt membuka pintu surga. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam Muslim sebagai berikut.
"Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Semua dosa hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu akan diampuni, kecuali bagi orang yang antara dia dan saudaranya terdapat kebencian dan perpecahan."
Baca Juga
Catatan di Sekitar Puasa Senin dan Kamis
2. Puasa yang selalu dilakukan oleh Rasulullah
Siti ‘Aisyah radhiyallu ‘anha pernah menyampaikan bahwa Nabi senantiasa puasa di hari Senin dan Kamis. Hal demikian berdasarkan hadits riwayat Imam at-Tirmidzi dan Imam Ahmad berikut.
“Nabi saw selalu menjaga puasa Senin dan Kamis.”
3. Hari penyetoran amal manusia
Selain hari yang Nabi Muhammad saw senantiasa puasa di dalamnya, Senin dan Kamis juga merupakan hari penyetoran amal manusia. Menjadi positif jika amal seorang umat Islam dilaporkan dalam kondisi berpuasa.
Diceritakan, bahwa ketika Usamah bin Zaid yang saat itu tengah berpuasa pergi bersama budaknya ke bukit Al-Qurâ. Sang budak pun bertanya, "Mengapa engkau berpuasa Senin-Kamis padahal engkau sudah lanjut usia?"
Merespons pertanyaan itu, Usamah menjawab, “Sesungguhnya Nabi Muhammad saw berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Ketika Nabi ditanya tentang hal itu, beliau menjawab, "Sesungguhnya amalan para hamba disampaikan pada hari Senin dan Kamis."
Dalam hadits lain yang diriwayatkan Imam at-Tirmidzi, beliau bersabda, “Amal perbuatan manusia akan disampaikan pada setiap hari Kamis dan Senin. Maka aku ingin amalku diserahkan saat aku berpuasa.”
Berkaitan dengan hadits di atas, Syekh Sulaiman al-Bujairami (w. 1806 M) menjelaskan, setiap hari amalan manusia dicatat oleh malaikat sebanyak dua kali, yaitu waktu siang dan malam. Untuk setiap minggunya, yaitu hari Senin dan Kamis, amal akan disetorkan kepada Allah ﷻ. Sementara untuk setiap tahunnya, diesetorkan pada malam Nisfu Sya’ban. Hal itu termaktub dalam kitabnya Hasyiyah al-Bujairami ‘Alal Khotib.
Niat puasa Kamis
Adapun niat puasa Kamis bisa dilaksanakan sejak Rabu malam Kamis, mulai selepas Maghrib hingga fajar di Kamis pagi. Berikut niatnya.
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمِ الخَمِيْسِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma yaumil khamîsi lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, "Aku berniat puasa sunah hari Kamis karena Allah ta‘âlâ."
Umat Islam juga boleh membaca niat puasa Kamis setelah fajar tiba hingga waktu Dhuhur tiba. Niat ini boleh dilakukan dengan catatan belum melakukan hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan berhubungan badan. Berikut niatnya.
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ الخَمِيْسِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnati yaumil khamîsi lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat puasa sunnah hari Kamis ini karena Allah ta’ala.”
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
3
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
4
Pentingnya Kematangan Pola Pikir dan Literasi Finansial dalam Perencanaan Keuangan
5
PBNU Rencanakan Indonesia Jadi Pusat Syariah Dunia
6
Sejarawan Kritik Penulisan Sejarah Resmi: Abaikan Pluralitas, Lahirkan Otoritarianisme
Terkini
Lihat Semua