Nasional

Kiai Miftach Jelaskan Anjuran Berserah Diri saat Alami Kesulitan

NU Online  ·  Sabtu, 16 Agustus 2025 | 13:00 WIB

Kiai Miftach Jelaskan Anjuran Berserah Diri saat Alami Kesulitan

Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menyampaikan pengajian Kitab Syarah Al-Hikam, Jumat (15/8/2025).

Surabaya, NU Online
Agama Islam menganjurkan seseorang untuk berserah diri (taslim) ketika tertimpa musibah. Dalam pengertian, bukan hanya berpangku tangan, tetapi mawas diri sekaligus merenungkan solusi atas masalah yang dialami. 


Penjelasan soal taslim ini disampaikan Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat pertemuan ke-133 Ngaji Kitab Syarah Al-Hikam di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Jalan Kedung Tarukan Nomor 100, Surabaya.

 

Kiai Miftach mengutarakan, kemampuan seseorang berserah diri ketika mengalami kesempitan berbeda-beda. Sebagian besar mampu dengan jangka waktu tertentu. Tetapi ada pula yang tak memerlukan waktu seperti orang-orang makrifat. 

 

"Ada seseorang yang bisa sabar dengan mengalami emosi dulu, mencari penyebab masalah dan solusi masalahnya dulu dan ada pula yang harus dinasehati temannya," jelasnya dalam akun Youtube KH Miftachul Akhyar Official dikutip Sabtu (16/8/2025).


Ia menegaskan bahwa kecenderungan setiap manusia yakni selalu ingin peroleh kesenangan. Padahal, pada saat yang sama ia selalu dibayang-bayangi kesulitan. Baginya, berserah diri dan sabar dalam konteks ini berfungsi sebagai penyeimbang bagi manusia yang berada dalam keniscayaan masa sempit dan lapang.

 

"Artinya apa, agar kita ini siap selalu siap (baik) di masa susah dan senang. Seseorang yang punya bekal kesadaran ini tidak ada kekhawatiran selanjutnya, meskipun melarat atau kaya, sehat atau sakit," tuturnya.

 

Ketua Umum MUI tahun 2020-2022 itu pun mengatakan, keadaan susah merupakan salah satu bentuk Allah menampakkan kekuasaannya (jalaliyah). Oleh karena itu, manusia dilarang menyangkalnya dengan anggapan Allah tidak adil.

 

"Allah memberikan kekurangan, kemiskinan, penyakit itu Allah sedang menunjukkan pada kita bahwa Allah itu zat yang maha kuat, punya sifat jalaliyah. Agar kita mengakui yang maha kuasa, maha kuasa itu hanya Allah. Sebaliknya, kalau Allah memberikan kesehatan, anugerah rezeki dan kesuksesan itu bentuk sifat jamaliyah Allah," jelasnya.

 

Dalam kesempatan itu, Ia pun menyampaikan bahwa ketenangan bersikap menjadi citi utama bagi seseorang yang mampu mengendalikan diri ketika salah satu dari dua kondisi kemungkinan tersebut terjadi.