F-Buminu Sarbumusi Soroti Abainya Negara terhadap Ibu dan 4 Anak PMI di Arab Saudi
NU Online · Senin, 18 Agustus 2025 | 09:01 WIB
M Fathur Rohman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Federasi Buruh Migran Nusantara Sarbumusi, Ali Nurdin menyoroti kisah pilu seorang pekerja migran Indonesia (PMI) asal Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) bernama Siti. Bersama empat anaknya, Siti kini terkatung-katung di Arab Saudi tanpa kepastian bisa kembali ke tanah air.
"Kisah Siti adalah potret nyata betapa rapuhnya perlindungan negara terhadap pekerja migran. Tidak boleh ada PMI yang dibiarkan hidup terkatung-katung seperti ini," tegas Ali Nurdin melalui keterangan yang diterima NU Online, Senin (18/8/2025).
Siti berangkat ke Arab Saudi pada 2011 melalui PT. Milenium Muda Makmur. Namun, ia justru menghadapi penundaan gaji dan tekanan dari majikan hingga akhirnya kabur mencari pekerjaan lain.
Di negeri itu, ia bertemu Jumartawan, sesama PMI asal Lombok Tengah, yang semula bekerja resmi sebagai sopir namun kemudian berstatus non-dokumen. Mereka menikah pada 2013 dan dikaruniai empat anak: Zammalik (2015), Fawaz (2018), Neysha (2022), dan Kaisar (2024).
Hingga awal 2025, kehidupan keluarga kecil ini masih bertahan meski serba terbatas. Namun pada Februari 2025, Jumartawan ditangkap aparat Saudi karena melanggar keimigrasian. Sebulan kemudian, ia dideportasi ke Indonesia, meninggalkan istri dan anak-anaknya tanpa dokumen resmi di Arab Saudi.
Sejak suaminya dipulangkan, kondisi Siti makin terpuruk. Kontrakan rumah tidak lagi terbayar hingga mereka diusir. Untuk bertahan hidup, Siti dan anak-anaknya hanya mengandalkan bantuan dari kerabat dan sesama warga Indonesia di Saudi.
"Untuk makan saja sulit, tempat tinggal tidak ada lagi. Kami hanya ingin bisa pulang ke Indonesia," ungkap Siti melalui keterangan Ali Nurdin.
Upaya Siti untuk pulang telah empat kali dilakukan melalui Tarhil Sumaisi pusat penampungan deportasi Arab Saudi namun selalu ditolak.
Ali Nurdin menilai lemahnya respons negara memperburuk penderitaan para PMI. Menurutnya, negara seharusnya hadir, bukan justru membiarkan rakyatnya mencari jalan sendiri.
"Konsulat harusnya menjadi garda terdepan, bukan sekadar alamat formalitas. Kalau serikat buruh bisa hadir, mengapa negara tidak?" kata Ali.
Dewan Pengurus Cabang Luar Negeri (DPCLN) Sarbumusi Jeddah juga sudah turun tangan. Ketua DPCLN Zakaria memastikan pihaknya terus berupaya memperjuangkan kepulangan Siti dan anak-anaknya.
"Kami sudah komunikasi dengan Sarbumusi Pusat. Tidak bisa janji pasti, tapi kami akan berusaha maksimal membantu Siti dan keluarganya," ujar Zakaria.
Bagi Siti, satu-satunya harapan kini adalah bisa kembali ke Indonesia dan berkumpul dengan suaminya. "Yang kami butuhkan hanya pulang. Kami ingin berkumpul kembali sebagai keluarga di kampung halaman,' tuturnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
2
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
3
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
4
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
5
Gus Yahya Cerita Pengkritik Tajam, tapi Dukung Gus Dur Jadi Ketum PBNU Lagi
6
Ketua PBNU: Bayar Pajak Bernilai Ibadah, Tapi Korupsi Bikin Rakyat Sakit Hati
Terkini
Lihat Semua