Nasional

Prof Quraish Shihab Jelaskan Beda Yahudi, Bani Israil, dan Ahlul Kitab dalam Al-Qur'an

NU Online  Ā·  Jumat, 17 November 2023 | 20:00 WIB

Prof Quraish Shihab Jelaskan Beda Yahudi, Bani Israil, dan Ahlul Kitab dalam Al-Qur'an

Pakar Tafsir Al-Qur'an Prof Quraish Shihab. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ulama ahli tafsir Al-Qur’an terkemuka Prof Muhammad Quraish Shihab diminta menjelaskan tentang Israil dan Yahudi. Ia mengatakan, secara umum ada tiga kata, paling tidak, yang digunakan al-Qur'an yang menunjuk kepada keturunan Nabi Ya'qub as. Hal itu ia uraikan dalam sebuah kajian di kanal Youtube Bayt Al-Qur’an, Jumat (17/11/2023).Ā 


Pertama, Bani Israil. Kata Bani Israil diulang sekitar empat puluh dua (42) kali dalam Al-Qur’an. Ada juga kata Israil yang diulang tiga (3) kali. Kedua, kata YahĆ»d, yang merupakan keturunan Nabi Ya’qub. Ketiga, kata Ahlul Kitab. ā€œTetapi tiga ini berbeda-beda,ā€ ungkap Prof Quraish.


Kata Bani Israil, pada dasarnya digunakan oleh al-Qur’an untuk menunjuk keturunan Nabi Ya’qub as sebelum masa Nabi Muhammad saw, tidak menunjuk keturunan Nabi Ya’qub yang ada pada masa Nabi Muhammad saw. Itu satu perbedaanya.Ā 


Sementara kata YahĆ»d, yang pertama, menunjuk kepada keturunan YahĆ»da. Sebagaimana diketahui, Nabi Ya’qub mempunyai 12 orang anak, salah satunya bernama YahĆ»da. Kedua belas anaknya ini saling bertengkar, seperti dalam cerita Nabi Yusuf dalam Al-Qur’an. Keturunan dari YahĆ»da itulah yang dibicarakan oleh al-Qur'an, dan yang disebut YahĆ»d.Ā 


Kata Yahƻd ini kalau digunakan oleh al-Qur'an, maka bukan lagi menunjuk kepada mereka yang hidup sebelum masa Nabi Muhammad saw yang ada Bani Israilnya itu, tetapi menunjuk pada umumnya mereka yang hidup pada masa Nabi Muhammad saw. Prof Quraish menyebut Al-Qur'an surat al-Maidah ayat 82 sebagai contohnya berikut.


Ūž Ł„ŁŽŲŖŁŽŲ¬ŁŲÆŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų§ŁŽŲ“ŁŽŲÆŁ‘ŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³Ł Ų¹ŁŽŲÆŁŽŲ§ŁˆŁŽŲ©Ł‹ Ł„ŁŁ‘Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł°Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł’ŁŠŁŽŁ‡ŁŁˆŁ’ŲÆŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§ŁŽŲ“Ł’Ų±ŁŽŁƒŁŁˆŁ’Ų§Ūš ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲŖŁŽŲ¬ŁŲÆŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų§ŁŽŁ‚Ł’Ų±ŁŽŲØŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ Ł…Ł‘ŁŽŁˆŁŽŲÆŁ‘ŁŽŲ©Ł‹ Ł„ŁŁ‘Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł°Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŁˆŁ’Ł“Ų§ Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ł†ŁŽŲµŁ°Ų±Ł°Ł‰Ū— Ų°Ł°Ł„ŁŁƒŁŽ ŲØŁŲ§ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŁ…Ł’ Ł‚ŁŲ³Ł‘ŁŁŠŁ’Ų³ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ±ŁŁ‡Ł’ŲØŁŽŲ§Ł†Ł‹Ų§ ŁˆŁ‘ŁŽŲ§ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ³Ł’ŲŖŁŽŁƒŁ’ŲØŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ


Artinya, "Pasti akan engkau dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Pasti akan engkau dapati pula orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang berkata, ā€œSesungguhnya kami adalah orang Nasrani.ā€ Hal itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan rahib, juga karena mereka tidak menyombongkan diri."


Adapun Bani Israil yang berbicara tentang keturunan Nabi Ya’qub itu, ada yang baik ada yang buruk. Namun, jika kata yang digunakan adalah Yahud, pasti menunjukkan celaan. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Al-Qur'an surat al-Maidah ayat 64 berikut. seperti ayat: wa qĆ¢latil-yahĆ»du yadullĆ¢hi maghlĆ»lah, ghullat aidĆ®him wa luā€˜inĆ» bimĆ¢ qĆ¢lĆ»,…(QS. Al-Maidah: 64).


ŁˆŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽŲŖŁ Ų§Ł„Ł’ŁŠŁŽŁ‡ŁŁˆŁ’ŲÆŁ ŁŠŁŽŲÆŁ اللّٰهِ Ł…ŁŽŲŗŁ’Ł„ŁŁˆŁ’Ł„ŁŽŲ©ŁŒŪ— ŲŗŁŁ„Ł‘ŁŽŲŖŁ’ Ų§ŁŽŁŠŁ’ŲÆŁŁŠŁ’Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ„ŁŲ¹ŁŁ†ŁŁˆŁ’Ų§ ŲØŁŁ…ŁŽŲ§ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŁˆŁ’Ų§Ū˜ ...


Artinya, "Orang-orang Yahudi berkata, ā€œTangan Allah terbelenggu (kikir).ā€ Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu. Mereka dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan..."


Al-Qur'an menggunakan kata YahĆ»d, sebagaimana ayat di atas, untuk menunjuk kaum keturunan YahĆ»da, tidak lagi menunjuk kepada keturunan Nabi Ya’qub yang bersifat buruk.


Adapun istilah ahlul kitab itu penganut kitab suci yang di dalamnya termasuk Nasrani dan orang-orang Yahudi. Mereka itu oleh al-Qur’an dikatakan laisu sawa, tidak sama mereka itu, ada yang baik.


ā€œJadi kalau kita berkata YahĆ»d dalam konteks uraian al-Qur’an tentang Ahlul kitab, ada enggak yang baik? Kalau dia gunakan kata Ahlul Kitab, maka itu ada yang baik. Tapi kalau dia gunakan kata YahĆ»d, itu pasti buruk. Jelas, kan?ā€ terang penulis Tafsir Al-Mishbah.Ā 


Lalu siapa yang dimaksud Yahudi? Yaitu penganut agama Yahudi, walaupun dia bukan keturunan Yahƻda yang menganut agama Yahudi. Itu dikatakan demikian karena ada orang-orang yang menganut agama Yahudi yang sebenarnya bukan dari Bani Israil, walaupun sedikit sekali, karena agama Yahudi itu bukan agama dakwah. Mereka hanya mau sendiri saja sebagai orang-orang yang dicintai Allah. Hal ini terekam dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 24 berikut.


Ų°Ł°Ł„ŁŁƒŁŽ ŲØŁŲ§ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŁˆŁ’Ų§ Ł„ŁŽŁ†Ł’ ŲŖŁŽŁ…ŁŽŲ³Ł‘ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų±Ł Ų§ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§Ł“ Ų§ŁŽŁŠŁ‘ŁŽŲ§Ł…Ł‹Ų§ Ł…Ł‘ŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŁˆŁ’ŲÆŁ°ŲŖŁŪ– ŁˆŁ‘ŁŽŲŗŁŽŲ±Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŁŁŁŠŁ’ ŲÆŁŁŠŁ’Ł†ŁŁ‡ŁŁ…Ł’ Ł…Ł‘ŁŽŲ§ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŁˆŁ’Ų§ ŁŠŁŽŁŁ’ŲŖŁŽŲ±ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ


Artinya, "Demikian itu disebabkan bahwa mereka berkata, ā€œApi neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hitungan hari saja.ā€ Mereka teperdaya dalam agamanya oleh apa yang selalu mereka ada-adakan."


ā€œIya kan, itu orang Yahudi begitu, merasa diri angkuh,ā€ imbuh Penulis buku Membumikan Al-Qur’an itu.Ā 


Lebih lanjut, Prof Quraish menjelaskan bahwa orang Yahudi ini memiliki sifat egosentris, sehingga dicela. Lalu ia mencontohkan Nabi, yang itu merupakan cerminan umatnya. Sewaktu Nabi Muhammad hijrah, sudah terkejar di Gua Tsur, Sayyidina Abu Bakar gemetar. Nabi menegaskan bahwa Allah swt bersama kita yang menununjukkan makna kebersamaan. Hal ini terekam dalam Al-Qur'an surat at-Taubah ayat 40.


Ų§ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁ†Ł’ŲµŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł‡Ł ŁŁŽŁ‚ŁŽŲÆŁ’ Ł†ŁŽŲµŁŽŲ±ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡Ł اِذْ Ų§ŁŽŲ®Ł’Ų±ŁŽŲ¬ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁƒŁŽŁŁŽŲ±ŁŁˆŁ’Ų§ Ų«ŁŽŲ§Ł†ŁŁŠŁŽ Ų§Ų«Ł’Ł†ŁŽŁŠŁ’Ł†Ł اِذْ Ł‡ŁŁ…ŁŽŲ§ فِى Ų§Ł„Ł’ŲŗŁŽŲ§Ų±Ł اِذْ ŁŠŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ł„Ł Ł„ŁŲµŁŽŲ§Ų­ŁŲØŁŁ‡Ł– Ł„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲ­Ł’Ų²ŁŽŁ†Ł’ Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŽ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽŁ†ŁŽŲ§Ūš ŁŁŽŲ§ŁŽŁ†Ł’Ų²ŁŽŁ„ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡Ł Ų³ŁŽŁƒŁŁŠŁ’Ł†ŁŽŲŖŁŽŁ‡Ł— Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ§ŁŽŁŠŁ‘ŁŽŲÆŁŽŁ‡Ł— ŲØŁŲ¬ŁŁ†ŁŁˆŁ’ŲÆŁ Ł„Ł‘ŁŽŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲ±ŁŽŁˆŁ’Ł‡ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ¬ŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽ ŁƒŁŽŁ„ŁŁ…ŁŽŲ©ŁŽ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁƒŁŽŁŁŽŲ±ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŁŁ’Ł„Ł°Ł‰Ū— ŁˆŁŽŁƒŁŽŁ„ŁŁ…ŁŽŲ©Ł اللّٰهِ Ł‡ŁŁŠŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŁ„Ł’ŁŠŁŽŲ§Ū— ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡Ł Ų¹ŁŽŲ²ŁŁŠŁ’Ų²ŁŒ Ų­ŁŽŁƒŁŁŠŁ’Ł…ŁŒ


Artinya, "Jika kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad), sungguh Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah), sedangkan dia salah satu dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, ketika dia berkata kepada sahabatnya, ā€œJanganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.ā€ Maka, Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Nabi Muhammad), memperkuatnya dengan bala tentara (malaikat) yang tidak kamu lihat, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu seruan yang paling rendah. (Sebaliknya,) firman Allah itulah yang paling tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."


Hal ini berbeda ketika Nabi Musa hampir terkejar. Ia hanya menunjuk dirinya saja. Demikian ini diceritakan Al-Qur'an dalam surat as-Syu'ara ayat 62.


Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ ŁƒŁŽŁ„Ł‘ŁŽŲ§Ū— Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŽŲ¹ŁŁŠŁŽ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁŠŁ’ Ų³ŁŽŁŠŁŽŁ‡Ł’ŲÆŁŁŠŁ’Ł†Ł


Artinya, "Dia (Musa) berkata, ā€œTidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku. Dia akan menunjukiku.ā€


Sifat orang Yahudi yang kedua sangat materialistis, yaitu segala sesuatu harus dilihat dengan nyata. Itu sebabnya al-Qur'an mengecam mereka. Nabinya pun, Nabi Musa as pernah satu ketika bermohon kepada Tuhan seperti termaktub dalam Al-Qur'an surat al-A'raf ayat 138 dan 143 berikut.


QS al-A'raf ayat 138.


ŁˆŁŽŲ¬ŁŽŲ§ŁˆŁŽŲ²Ł’Ł†ŁŽŲ§ ŲØŁŲØŁŽŁ†ŁŁŠŁ’Ł“ Ų§ŁŲ³Ł’Ų±ŁŽŲ§Ū¤Ų”ŁŁŠŁ’Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł’ŲØŁŽŲ­Ł’Ų±ŁŽ ŁŁŽŲ§ŁŽŲŖŁŽŁˆŁ’Ų§ Ų¹ŁŽŁ„Ł°Ł‰ Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł…Ł ŁŠŁ‘ŁŽŲ¹Ł’ŁƒŁŁŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„Ł°Ł“Ł‰ Ų§ŁŽŲµŁ’Ł†ŁŽŲ§Ł…Ł Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’Ūš Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŁˆŁ’Ų§ ŁŠŁ°Ł…ŁŁˆŁ’Ų³ŁŽŁ‰ Ų§Ų¬Ł’Ų¹ŁŽŁ„Ł’ Ł„Ł‘ŁŽŁ†ŁŽŲ§Ł“ اِلٰهًا ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ł„ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ Ų§Ł°Ł„ŁŁ‡ŁŽŲ©ŁŒŪ— Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł…ŁŒ ŲŖŁŽŲ¬Ł’Ł‡ŁŽŁ„ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ


Artinya, "Kami menyeberangkan Bani Israil (melintasi) laut itu (dengan selamat). Ketika mereka sampai kepada suatu kaum yang masih tetap menyembah berhala, mereka (Bani Israil) berkata, ā€œWahai Musa, buatlah untuk kami tuhan (berupa berhala) sebagaimana tuhan-tuhan mereka.ā€ (Musa) menjawab, ā€œSesungguhnya kamu adalah kaum yang bodoh.""


QS al-A'raf ayat 143.


ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ Ų¬ŁŽŲ§Ū¤Ų”ŁŽ Ł…ŁŁˆŁ’Ų³Ł°Ł‰ Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł‚ŁŽŲ§ŲŖŁŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁƒŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŁ‡Ł— Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁ‡Ł—Ū™ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų±ŁŽŲØŁ‘Ł Ų§ŁŽŲ±ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł“ Ų§ŁŽŁ†Ł’ŲøŁŲ±Ł’ Ų§ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŽŪ— Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ł„ŁŽŁ†Ł’ ŲŖŁŽŲ±Ł°Ł‰Ł†ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ„Ł°ŁƒŁŁ†Ł Ų§Ł†Ł’ŲøŁŲ±Ł’ Ų§ŁŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŲØŁŽŁ„Ł ŁŁŽŲ§ŁŁ†Ł Ų§Ų³Ł’ŲŖŁŽŁ‚ŁŽŲ±Ł‘ŁŽ Ł…ŁŽŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽŁ‡Ł— ŁŁŽŲ³ŁŽŁˆŁ’ŁŁŽ ŲŖŁŽŲ±Ł°Ł‰Ł†ŁŁŠŁ’Ūš ŁŁŽŁ„ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲ¬ŁŽŁ„Ł‘Ł°Ł‰ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁ‡Ł— Ł„ŁŁ„Ł’Ų¬ŁŽŲØŁŽŁ„Ł Ų¬ŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‡Ł— ŲÆŁŽŁƒŁ‘Ł‹Ų§ ŁˆŁ‘ŁŽŲ®ŁŽŲ±Ł‘ŁŽ Ł…ŁŁˆŁ’Ų³Ł°Ł‰ ŲµŁŽŲ¹ŁŁ‚Ł‹Ų§Ūš ŁŁŽŁ„ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§Ł“ Ų§ŁŽŁŁŽŲ§Ł‚ŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų³ŁŲØŁ’Ų­Ł°Ł†ŁŽŁƒŁŽ ŲŖŁŲØŁ’ŲŖŁ Ų§ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ§ŁŽŁ†ŁŽŲ§Ū  Ų§ŁŽŁˆŁ‘ŁŽŁ„Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ


Artinya,"Ketika Musa datang untuk (bermunajat) pada waktu yang telah Kami tentukan (selama empat puluh hari) dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, dia berkata, ā€œYa Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.ā€ Dia berfirman, ā€œEngkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu. Jika ia tetap di tempatnya (seperti sediakala), niscaya engkau dapat melihat-Ku.ā€ Maka, ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) pada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, ā€œMahasuci Engkau. Aku bertobat kepada-Mu dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.ā€"


ā€œIni dua sifatnya. Itu sebabnya, atau itu salah satu sebab mengapa mereka dikecam. Tetapi kita lihat lagi sekarang, bagaimana Islam berhadapan dengan orang Yahudi yang ini,ā€ sambung Prof Quraish.


Seperti dikatakan sebelumnya, ada Yahudi yang baik. Ada istri Nabi orang Yahudi, yaitu Sayyidah Shofiyyah. Istri Nabi, seorang Yahudi. Ada Abdullah Ibni Salam dan Mukhairiq, keduanya orang hebat, Yahudi.


ā€œTetapi kesan umum, kalau Yahudi itu jelek," katanya.


Tak ayal, ia menegaskan bahwa ada Al-Qur'an surat An-Nisa' ayat 105.


Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽŲ§Ł“ Ų§ŁŽŁ†Ł’Ų²ŁŽŁ„Ł’Ł†ŁŽŲ§Ł“ Ų§ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŲŖŁ°ŲØŁŽ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ‚Ł‘Ł Ł„ŁŲŖŁŽŲ­Ł’ŁƒŁŁ…ŁŽ ŲØŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³Ł ŲØŁŁ…ŁŽŲ§Ł“ Ų§ŁŽŲ±Ł°Ł‰ŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŪ— ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁƒŁŁ†Ł’ Ł„ŁŁ‘Ł„Ł’Ų®ŁŽŲ§Ū¤Ł‰Ł•ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų®ŁŽŲµŁŁŠŁ’Ł…Ł‹Ų§Ū™


Artinya, "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan hak agar kamu memutuskan (perkara) di antara manusia dengan apa yang telah Allah ajarkan kepadamu. Janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah) karena (membela) para pengkhianat."


Prof Quraish menjelaskan, ayat itu turun karena ada seorang Muslim mencuri. Pemilik itu mencari barang curiannya, lalu orang Muslim yang mencuri ini berkata,ā€œYang mencuri itu orang Yahudi itu.ā€Dia bohong. Nabi Muhammad saw sebagai manusia cenderung hatinya membenarkan bahwa seorang Muslim pasti tidak bohong. Padahal orang tersebut berbohong dan orang Yahudi tidak mencuri.


Turunlah ayat di atas untuk menegur Nabi, bahwa orang yang berkhianat tidak boleh untuk dibela. Sekalipun dalam hal ini Muslim dan merugikan Yahudi, yang secara umum dianggap buruk.


ā€œJadi, kalau orang Yahudi baik, boleh ndak kita bela? Ini hati-hati ini, iya kan?ā€ tanya Prof Quraish, seraya mengajak berpikir.Ā 


Alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, itu juga mencontohkan ayat lain, yakni surat al-Maidah ayat 8.


ŁŠŁ°Ł“Ų§ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł°Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŁ’Ų§ ŁƒŁŁˆŁ’Ł†ŁŁˆŁ’Ų§ Ł‚ŁŽŁˆŁ‘ŁŽŲ§Ł…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ لِلّٰهِ Ų“ŁŁ‡ŁŽŲÆŁŽŲ§Ū¤Ų”ŁŽ بِالْقِسْطِۖ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ¬Ł’Ų±ŁŁ…ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ Ų“ŁŽŁ†ŁŽŲ§Ł°Ł†Ł Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų¹ŁŽŁ„Ł°Ł“Ł‰ Ų§ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŁ„ŁŁˆŁ’Ų§Ū— Ų§ŁŲ¹Ł’ŲÆŁŁ„ŁŁˆŁ’Ų§Ū— Ł‡ŁŁˆŁŽ Ų§ŁŽŁ‚Ł’Ų±ŁŽŲØŁ Ł„ŁŁ„ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁ°Ł‰Ū– ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŽŪ— Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŽ Ų®ŁŽŲØŁŁŠŁ’Ų±ŁŒŪ¢ ŲØŁŁ…ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲ¹Ł’Ł…ŁŽŁ„ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ


Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."


ā€œYahudi banyak, ada yang baik, ada yang buruk. Sampai sekarang, ada seperti itu,ā€ pungkas Prof Quraish.
Ā