Faktor Kesejahteraan dan Keadilan juga dapat Memicu Aksi Terorisme
NU Online Ā· Jumat, 29 Maret 2019 | 19:15 WIB
Jakarta, NU Online
Munculnya masalah radikalisme kekerasan yang memicu aksi terorisme di berbagai tempat diyakini ditimbulkan oleh latar belakang masalah yang tidak tunggal mulai dari kesalahan dalam memahami teks keagamaan hingga faktor kesejahteraan dan hilangnya rasa keadilan.
Dalam paparannya, Ahsanul Habib Direktur HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa pada dasarnya aksi terorisme tidak berkaitan dengan agama manapun. Aksi ini tidak bisa dilegitimasi oleh aliran kepercayaan manapun. Karena semua agama menurutnya mengajarkan kebaikan dan kasih sayang antara sesama.
Oleh karena itu, yang diperlukan adalah mencari akar masalah dari persoalan tersebut dan mengatasinya. Ia menyebut, di antara faktor pendorong aksi radikalisme adalah faktor kesejahteraan dan keadilan.
āMaka perlu mendorong agar demokrasi menghasilkan
keadilan ekonomi, mempromosikan kesejahteraan dan pembangunan yang merata.
Selain itu diperlukan juga mempromosikan inklusifitas, termasuk pada kelompok
yang dimarginalkan,ā kata Ahsanul Habib dalam seminar publik bertajuk; āRadikalisme
dan Ekstremisme di Asia; Pengalaman, Analisis dan Strategi untuk Mencegahnyaā yang
digelar Organisasi Non-Pemerintahan INFID di Jakarta, Kamis (28/3).Ā
Selain itu diperlukan pula peningkatan kapasitas aparat pemerintah dan institusi lain untuk mendukung cita-cita kesejahteraan dan keadilan tersebut. Peran peningkatan kapasitas ini menjadi sangat vital mengingat besarnya peran aparat negara dalam menjalankan program pemerintahan.
Di samping itu diperlukan pula kerja sama yang erat di level kawasan Asia Tenggara untuk menjalin kerja-kerja yang dibutuhkan dalam rangka memberantas tindakan terorisme secara menyeluruh.
Seminar ini sendiri dilangsungkan setelah paparan Ahsanul Habib dengan menghadirkan empat pembicara dari latar belakang yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pengalaman dan strategi yang berbeda untuk menanggulangi aksi radikalisme kekerasan yang berujung pada terorisme.
Ada empat dari lima pembicara yang hadir dalam acara tersebut, yakni: Franco Joseph Raymond Silva (RSIS-NTU) Singapura, Muhammad Amir Rana (Pak Institute for Peace Studies) Pakistan, Rafia Bhulai (Strong Cities Network) dan Yuyun Wahyuningrum dari Indonesia rep for AICHR dengan moderator Dina Zaman dari IMAN Research. (Ahmad Rozali)
Terpopuler
1
Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
2
Kronologi 3 WNI Tertangkap di Gurun Pasir Hendak Masuk Makkah, 1 Orang Meninggal
3
Prof Masud Said Ungkap Peran KH Tolchah Hasan dalam Pendidikan hingga Kebangsaan
4
Alasan Tanggal 11-13 Dzulhijjah Disebut Hari Tasyrik dan Haram Berpuasa
5
Gus Yahya: Ketegasan dan Konsolidasi Internasional Kunci Wujudkan Solusi Palestina-IsraelĀ
6
7 Hal yang Perlu Diperhatikan dalam RUU Sisdiknas bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Terkini
Lihat Semua