Esensi Jihad Fi Sabilillah Mudahkan Orang Jalankan Agama
NU Online · Kamis, 24 Juli 2025 | 10:00 WIB

Rais Syuriyah PBNU KH Abdul Ghofur Maimoen saat saat mengaji kitab Al-Hawi fi Fatawa al-Ghumari karya Syekh Sayyid Abdullah Al-Ghumari di Masjid An-Nahdlah Gedung PBNU, Jalan Kramat raya no 164, Jakarta Pusat, Kamis (24/07/2025). (Foto: tangkapan layar kanal Youtube TVNU)
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Ghofur Maimoen menjelaskan bahwa makna jihad fi sabilillah yaitu sebuah perbuatan atau sikap yang membuat umat Islam bisa menjalankan agamanya dengan tenang.
Hal tersebut disampaikannya saat mengaji kitab Al-Hawi fi Fatawa al-Ghumari karya Syekh Sayyid Abdullah Al-Ghumari di Masjid An-Nahdlah Gedung PBNU, Jalan Kramat raya no 164, Jakarta Pusat, dikutip dari kanal Youtube TVNU, Kamis (24/07/2025)
"Esensi jihad yaitu ketika dalam suatu hal tidak ada yang bertahan, mengurus, mengelola maka Islam menjadi sulit. Jadi jihad membuat seorang Muslim nyaman menjalankan agamanya. Oleh karenanya pahalanya cukup besar," katanya.Â
Ia menjelaskan, karena begitu pentingnya jihad fi sabilillah maka dalam syariat Islam ada anjuran memberikan zakat kepada orang yang sedang berjihad fii sabilillah. Memperjuangkan agama Allah dan disebut di surat At-Taubah ayat 60.
Lebih lanjut, Kiai Ghofur mengatakan, jihad fi sabilillah dalam arti ketat yaitu berjuang angkat senjata membela agama Allah. Ini melibatkan perjuangan melawan orang kafir dengan jiwa, harta, dan perkataan. Sementara jihad dalam arti lebih longgar yaitu memastikan kenyamanan dan kebebasan umat Islam untuk menjalankan ajaran agama mereka. Perbuatan nyata seperti membantu pembangunan yang membantu agama Allah.Â
"Kalau di Jakarta, kita tidak perlu dana untuk mengurus masjid karena sudah bagus dan masjidnya banyak. Cuma kalau di daerah plosok, terpencil, seorang Muslim harus mati-matian hanya untuk menghidupkan masjid dan kalau tidak ada pergerakan maka kegiatan Islam mati. Keuangan juga sulit. Ini bisa diartikan jihad fi sabilillah dalam arti luas,"tegasnya.
Contoh lain jihad fi sabilillah, kata Kiai Ghofur, yaitu menjadi guru di daerah terpencil. Jika tidak ada yang menjadi guru di sana, Islam akan bermasalah karena tidak ada yang mengajar mengaji qur'an, shalat, dan syiar Islam mati.Â
"Hanya saja kalau seseorang tidak jadi guru di Jakarta, apakah Islam bermasalah? Kan masih banyak guru lainnya. Maka belum masuk jihad fi sabilillah," ujar alumnus Al-Azhar Mesir ini.Â
Jihad fi sabilillah, menurut Kiai Ghofur, juga masuk pada amalan yang paling mulia. Substansi ajaran ini disebutkan dalam hadits tentang kisah sahabat Mas'ud yang menanyakan amalan paling utama ke Rasulullah.Â
"Amalan paling utama dari hadits, yaitu melaksanakan shalat tepat waktu, berbakti kepada orang tua (birrul walidain) dan jihad fi sabilillah," tutup Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Rembang, Jawa Tengah itu.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Jadilah Manusia yang Menebar Manfaat bagi Sesama
2
Khutbah Jumat Hari Anak: Didiklah Anak dengan Cinta dan Iman
3
PBNU Soroti Bentrok PWI-LS dan FPI: Negara Harus Turun Tangan Jadi Penengah
4
Khutbah Jumat: Ketika Malu Hilang, Perbuatan Dosa Menjadi Biasa
5
Khutbah Jumat: Menjadi Muslim Produktif, Mengelola Waktu Sebagai Amanah
6
Khutbah Jumat: Menjaga Keluarga dari Konten Negatif di Era Media Sosial
Terkini
Lihat Semua