Jombang, NU Online
Sebagian umat Islam memaknai jihad fi sabililah adalah mengangkat senjata melawan orang kafir saja. Padahal menurut KH Isrofil Amar, jihad melawan hawa nafsu juga termasuk jihad fi sabilillah. Salah satunya dorongan untuk melakukan korupsi.
Mantan Ketua PCNU Jombang ini membagi jihad dalam dua hal yakni jihad sughra (kecil) dan jihad kubra (besar). Oleh karena, melihat keadaan zaman, maka ia menganjurkan kepada umat Islam lebih mengutamakan jihad melawan hawa nafsu. Ini sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
"Ramadhan telah usai, kini saatnya kita mempraktekkan latihan selama bulan Ramadhan pada sebelas bulan berikutnya. Kini saatnya kita jihad fi sabilillah. Jihad fi sabilillah bukan bearti harus berperang, membenci orang lain, anarkis. Tapi memerangi hawa nafsu juga termasuk jihad," jelasnya, Jumat (29/6).
Menurut Kiai Isrofil, jihad sughra yaitu mempertahankan agama dari orang kafir. Sedangkan jihad kubra yaitu jihad melawan hawa nafsu, meliputi nafsu ingin berkuasa, gila harta dengan korupsi dan menghina orang lain.
"Jihad sughra yakni perang mempertahankan agama. Jihad memerangi hawa nafsu berdasarkan hadits nabi adalah jihad kubra. Seperti memenangi korupsi, ingin berkuasa dan merampas hak orang lain," ujar Kiai Isrofil.
Ia menjelaskan macam-macam nafsu itu antara lain nafsu nafsul amarah, yakni nafsu yang mendorong manusia pada sifat pelit, dengki, sombong, cinta dunia dan marah. Jenis nafsu selanjutnya yaitu lauwamah, cirinya manusia yang terkena nafsu ini yaitu menyesal melakukan dosa, tapi tetap diulangi lagi.
Selanjutnya ada nafsu mulhimah, yaitu yang selalu mendapat ilham untuk berbuat kebaikan. Seperti dorongan untuk sedekah, tawadhu dan lemah lembut. Dan nafsu berikutnya adalah nafsu mutmainnah, nafsu yang lepas dari berbuat jelek. Jenis nafsu lainnya yaitu radhiyah, mardliyah dan kamilah.
"Tugas utama kita saat ini yakni menaklukkan hawa nafsu yang kadang-kadang sombong, angkuh, ingin dihormati dan mengambil harta orang lain. Jangan mendidik anak-anak dengan harta yang bukan milik kita bahaya buat akhlaknya," tambahnya.
Terkahir, beliau mengatakan pentingnya mendidik anak dan generasi muda tentang ilmu agama agar terhindarkan dari sifat tercela dan bisa mengendalikan nafsunya.Â
"Mari kita mendidik anak-anak kita agar tidak terpengaruh budaya munafik dan menyombongkan diri. Jihad sejatinya bukan teriak dan radikali tapi melawan diri kita sendiri," pungkasnya. (Syarif Abdurrahman/Abdullah Alawi)