Aktivis HAM: Aksi Kamisan adalah Cara Bertahan untuk Berjuang Mencari Keadilan
NU Online · Selasa, 27 Mei 2025 | 23:00 WIB

Momen peluncuran buku berjudul Kamisan: Orang Silih Berganti, Aksi Ini Tetap Berdiri, di TIM, Jakarta Pusat, pada Selasa (27/5/2025). (Foto: NU Online/Mufidah)
Mufidah Adzkia
Kontributor
Jakarta, NU Online
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Maria Katarina Sumarsih menegaskan bahwa Aksi Kamisan adalah cara keluarga korban HAM untuk bertahan, berjuang, membuka kebenaran, mencari keadilan, melawan lupa, dan merawat reformasi dan demokrasi.
“Ketika keadilan dan kebenaran susah didapat, maka banyak orang mendukung untuk gerakan penegakan hukum dan HAM dengan menyuarakannya,” papar Sumarsih dalam Diskusi Buku Kamisan: Orang Silih Berganti Aksi Ini Tetap Berdiri, di Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Selasa (27/5/2025).
Sumarsih yang juga ikut berpartisipasi dalam buku ini menjelaskan bahwa dalam prosesnya, ia banyak mensyukuri atas kehadiran dan kebaikan para sahabat yang mendampinginya.
“Saya percaya apa yang saya lakukan itu adalah buah dari doa yang selalu saya panjatkan, sehingga saya mampu melakukan sesuatu. Saya mensyukuri kehadiran (dan) kebaikan para sahabat yang mendampingi saya, tetapi luka batin saya lebih disembuhkan oleh Tuhan,” jelas Ibu dari Benardinus Realino Norma Irawan, Mahasiswa Universitas Atma Jaya yang tewas saat Tragedi Semanggi I.
Sementara itu, Pakar HAM dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Herlambang Perdana Wiratraman merekomendasikan buku ini untuk dibaca, terutama bagi para mahasiswa.
“Ini buku bagus yang harus dibaca teman-teman mahasiswa. Buku ini menyeimbangkan refleksi atas Kamisan. Ada 5 oase, yang pertama, Kamisan sebagai medium perlawanan bahwa dengan hadir di Aksi Kamisan, saya berdiri untuk melawan,” tegasnya.
Herlambang juga menjelaskan bahwa oase kedua buku ini adalah mencerdaskan. Ketiga, Aksi Kamisan memiliki oase solidaritas. Keempat, refleksi dari oase peneladanan. Kelima, menjadi oase harapan merawat kisah sekaligus upaya melawan lupa.
“Bayangkan, setiap Kamisan semua bercerita dengan kisahnya masing-masing. Semuanya bercerita bagaimana kasus-kasus di tengah kita tidak hilang ditelan zaman,” tegasnya.
Senada, Kreator Konten dan Aktivis Digital Andovi Da Lopes juga merekomendasikan agar buku ini sebagai salah satu bentuk bahwa membaca merupakan hal yang penting di Indonesia.
“Yuk kita membaca buku ini. Yuk kita tunjukkan bahwa membaca masih menjadi hal yang penting di negeri ini, bukan hanya sekedar mengandalkan artificial intelligence (kecerdasan buatan),” ujar Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu.
Andovi juga menjelaskan bahwa buku ini banyak membuka wawasan mengenai sejarah Aksi Kamisan dan juga memori kolektif.
“Saya lumayan belajar soal memori kolektif, itu sangat indah dan sangat penting karena Aksi Kamisan merawat memori kolektif. Ketika kita datang di Aksi Kamisan, mau di jakarta ataupun di titik lain di indonesia, itu bukti bahwa kita ingat akan kejadian masa lalu,” jelasnya.
"Teman-teman yang bergelut di dunia entertainment jangan takut kehilangan pekerjaan dan jangan diam," pesan Andovi.
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
3
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
4
Jamaah Diimbau Hindari Sebar Video Menyesatkan, Bisa Merusak Ibadah Haji
5
Pos-Pos Petugas Penentu Kelancaran Lalu Lintas Jamaah di Jamarat Mina
6
Hilal Awal Dzulhijjah 1446 H Berpotensi Terlihat di Aceh
Terkini
Lihat Semua