Internasional Wisata Religi ke Guangzhou Cina

BMI Kunjungi Masjid Pertama di Cina

NU Online  ·  Ahad, 10 Juni 2012 | 01:04 WIB

Guangzhou, NU Online
Rombongan wisata religi dari jamaah halaqah Senin Masjid Tsam Sha Tsui Hongkong yang berjumlah 35 orang, 30 orang diantaranya adalah Buruh Migran Indonesia (BMI) yang saat ini sedang mengadu nasib bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Hongkong. Sampai saat ini jumlah pekerja yang berasal dari Indonesia sekitar 150.000 orang. Mengisi waktu libur sebulan 4 kali, mereka berkumpul melakukan berbagai aktifitas. <>

Salah satunya adalah kegiatan rohani dengan berkumpul dalam majelis taklim yang tidak hanya di masjid-masjid saja, namun kegiatan dilakukan di taman-taman yang indah di seluruh penjuru kota Hongkong. Saya sempat mengunjungi beberapa taman di Kowloon Park dan Victoria Park kalau pada hari Minggu banyak sekali kelompok-kelompok pengajian kecil yang mendatangkan ustadz dari Indonesia.

Salah satu kegiatan jamiyyah ini adalah wisata religi ke Guangzhou selain ke makam sahabat nabi Saad Bin Abi Waqas adalah mengunjungi masjid pertama yang sudah berusia 1300 tahun lebih itu, namanya Masjid Huaisheng terletak di Jalan Guang Ta Lu Kota Guangzhou Cina. Masjid ini kemudian dijadikan Masjid Raya Guangzhou Remember the sage, atau masjid untuk mengenang Nabi Muhamad Saw, Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Guang Ta, karena masjid dengan menara elok ini terletak di jalan Guang Ta. Ta berarti menara, karena menurut sejarahnya menara menara masjid yang tingginya 36 meter lebih ini tertinggi pada awal pembangunanya.

Ketika rombongan turun dari bus masuk menuju masjid, saya justru memisahkan diri menelusuri jalan raya Guang Ta, saya merasa kalau di Surabaya jalannya seperti suasan di Jalan Walikota Mustajab, banyak pohon rindang namun tidak terlalu ramai. Di sepanjang jalan Guang Ta saya menjumpai banyak took-tokoyang menjual makanan halal dengan harga yang cukup miring. Saya membeli Roti Cedar (roti khas Arab) hanya dengan 10 Yuan saja dan berbagai makanan khas kambing banyak kita jumpai di sepanjang jalan Guang Tha.

Maklum, saat ini jumlah penduduk Muslim di Cina sekitar 150 juta lebih, meski dalam catatan resmi pemerintah Cina hanya sekitar 50 juta penduduk saja. Penyebaran agamaIslam di Cina memang dimulai sejak awal abad ke 7, pada jaman dinasti Tang, atau bahkan lebih tua lagi, yaitu dinasti Song. 

Sekitar setengah jam saya menelusuri jalan Guang Ta saya kembali menyusul rombongan jamaah yang sudah masuk ke dalam masjid yang ternyata sedang melakukan jamah sholat dzhuhur dipimpin oleh H Ahmad Muhaimin Karim, eksekutif dakwah Islamic Union Hongkong. Komplek masjid ini tidak terlalu luas Masjid ini menempati area tanah seluas kurang lebih 3000 meter persegi saja. Untuk memasuki masjid ini harus memasuki dua pintu gerbang yang semacam tugu selamat datang memasuki masjid.

Masjid Huaisheng arsitekturnya mengadopsi arsitektur masyarakat setempat dipadu dengan arsitektur Arab pada bangunan menaranya. Bagi kita, sepintas lalu mungkin tidak menyangka kalau bangunan ini adalah masjid, karena memang modelnya seperti kelenteng. Nyatanyamasjid ini adalah masjid pertama di Cina, bahkan di Asia!

Walaupun begitu yang nampak ini adalah sebuah masjid adalah ornament kaligrafi arab tampak sekali tulisan-tulisan dalam bahasa arab yang merupakan kutipan dari ayat-ayat Al Quran. Juga terdapat ukiran prasasti waktu empat kali pemugaran bangunan tersebut, yakni pada dinasti Yuan , Ming, Qing dan terakhir tahun 1935. Pada manuskrip Cina kuno disebutkan bahwa masjid ini dibangun oleh Saad Bin Abi Waqas.

Masjid ini didirikan saat sahabat Nabi Saad Bin Abi Waqas menetap di Guangzhau yang kemudian menjadi salah satu tonggak sejarah Islam yang paling berharga di Cina. Ketika datang bersama para sahabat lain, Saad datang dengan membawa hadiah dan diterima dengan baik oleh Dinasti Tang, Kaisar Kao Tsung (650-683). Namun Islam sebagai agama tidak langsung diterima oleh sang kaisar. Setelah melalui proses penyelidikan, Sang kaisar kemudian memberikan izin bagi pengembangan Islam yang dirasa sesuai dengan ajaran Konfusius.

Namun sang kaisar merasa bahwa kewajiban sholat lima kali dalam sehari dan puasa selama satu bulan penuh terlalu berat baginya hingga akhirnya tdak jadi memeluk agama Islam. Namun begitu, ia mengizinkan Saad Bin Abi Waqas dan para sahabat untuk mengajarkan kepada masyarakat Guangzhou. Oleh orang Cina, Islam disebut sebagai Yi Si Lan Jiao atau agama yang murni. Sementara Makkah disebut sebagai tempat kelahiran Budha Ma-Hi-Wu atau Rasulullah Muhammad Saw.

Konon jaman dahulu, tiap bulan Mei dan Juni, banyak kapal dagang asing lalu lalang di sungai Mutiara. 
Seringkali umat Islam menyalakan lampu di puncak menara pada malam hari untuk memandu kapal-kapal yang berlayar, atau digunakan sebagai menara adzan mengajak umat Islam shalat. Menara tersebut akhirnya disamakan dengan mercusuar atau menara cahaya yang menjadi pemandu kapal. Menaranya berbentuk silinder sederhana dengan kubah bagian di atas merupakan bangunan bercirikhas arab, beda dengan Pagoda atau menara cina yang ada di tiongkok. Kalau dilihat dari tahun berdirinya pada awal abad ke 7, Masjid Huaisheng ini adalah masjid tertua di Asia setelah Masjidil Haram. Bandingkan dengan masjid Ampel Surabaya yang berdiri baru pada tahun 1421 M.

Redaktur : Sudarto Murtaufiq
Kontributor : Abdul Aziz