Kiai Ahmad Basyir AS
begitu tuakah wajah engkau dalam cermin benggala
di hadapanmu cermin menggambar keriput tua
kau pandang kerutan dahimu
kau cemas menyambung kedua alismu
memikirkan anak cucu dan santrimu<>
akankan mereka menyemat doa
bagi keletihanmu mengunjurkan hidup
tawasul yang tak terpisah
di antara tubir waktu
dalam tahun demi tahun yang kian renta
dalam ruang-ruang yang perlahan
bergerak ke tilam usia
engkau menggores urat-urat dahimu yang mengisut
parut-parut pasir pantai yang diukir garis batang kayu
membentuk daun waru oleh sepasang kekasih yang berjanji setia
engkau menggenggam benakmu sebagai kekuatan yang tersisa
bentang hati tak terperi, sesamudera perasaan paling sepi
di mana geliat jantung mulai kikis di detak-detak paling ritmis
yang menghabis—sungguh semakin habis
engkau diam tapi engkau tak ingin diam
engkau bicara tapi engkau tak ingin bicara
tinggallah getar gemertar kulitmu yang menyampaikan
gelombang datang mengantarkanmu menemui kekasih
yang kau panggilkan rindu sejak dahulu
dia—dia yang terlalu lama bersemi di mihrabmu
Ganding Pustaka, 2014