Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan Bakal Dirikan Sekolah Tinggi Tasawuf
Senin, 9 Februari 2015 | 02:03 WIB
Padangpariaman, NU Online
Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan, Pakandangan, Kecamatan VIan Lingkungan, Kabupaten Padangpariaman terus berupaya meningkatkan jenjang pendidikan, yakni berencana mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam bidang tasawuf. Saat ini sudah berjalan pendidikan kitab gundul selama tujuh tahun. Bahkan masih banyak yang sudah menamatkan pendidikan 7 tahun masih bertahan belajar di Pondok Pesantren Nurul Yaqin.<>
Ketua Yayasan Pondok Pesantren Nurul Yaqin Idarussalam mengungkapkan hal itu pada muzakarah Alumni Pesantren Nurul Yaqin, Ahad (8/2/2015) di gedung Rusunawa Pondok Pesantren Nurul Yaqin. Muzakarah menghadirkan Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam (PTAI) Kementerian Agama RI Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, MA, Bupati Padangpariaman Ali Mukhni. Juga tampak hadir Pembantu Rektor I IAIN Imam Bonjol Padang DR. Syafruddin, Ketua MUI Padangpariaman Dr. Zainal Tuanku Mudo, Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Almuhdil Karim Tuanku Bagindo, Kepala Kemenag Kabupaten Padangpariaman Masrican, alumni, pengurus dan majelis guru Pesantren Nurul Yaqin.
Menurut Idarussaliam, setiap tahun Pesantren Nurul Yaqin menghasilkan lulusan sekitar 50 orang tuanku setiap tahunnya. Dengan jumlah santri saat ini 706 orang dengan jumlah guru 103 orang. "Mencermati perkembangan masyarakat belakangan ini yang semakin kering dari nilai-nilai moral, akhlak, ketenangan batin (jiwa), tasawuf bakal menjadi perhatian masyarakat," kata Idarussalam yang juga Kepala BKD Kabupaten Padangpariaman ini.
Menanggapi laporan Idarussalam, Direktur PTAI Amsal menyambut baik ide pimpinan Pesantren Nurul Yaqin mendirikan sekolah tinggi tasawuf. Pertanyaannya, apakah masih perlu tasawuf di zaman modern. Dalam kajian keilmuan, zaman modern itu berkisar abad 16, 19 dan 20. Pada masa itu banyak muncul penemuan-penemuan. Tahun 1700-an ditemukan mesin uap yang merubah peradaban kehidupan manusia.
"Sekarang kita hidup di zaman era informasi. Segalanya dilakukan dengan multimedia. Bayangkan di Jerman yang jarak 15.000 km atau setengah lingkaran bumi, yang ditempuh dengan 14 jam perjalanan dengan pesawat boing, dari sini (Indonesia) dapat disaksikan pertandingan sepakbola diwaktu yang bersamaan. Dunia kini seperti tanpa batas lagi," kata Amsal.
Era informasi tersebut, sangat mempengaruhi perilaku, sikap dan pikir masyarakat. Jika diamati, makin banyak hancurnya moral masyarakat akibat era informasi. Sedangkan tasawuf memperkuat moral umat. "Tidak benar anggapan tasawuf (tarekat) menjadi penghambat kemajuan umat Islam," kata Amsal.
Menurut Amsal, penganut tasawuf bukan berhenti bekerja, menerima saja, berzikir semata setiap waktu. Hanya berzikir di masjid memohon rezeki dari Tuhan. Tidak begitu. Tapi tasawuf juga harus bekerja, harus berusaha. Orang yang ingin dapat hidayahpun juga harus usaha.
Pada abad 17 -20, terbukti tarekat-tarekat mampu menggerakkan rakyat (umat) mengusir bangsa kolonial yang menguasai bangsa yang menganut Islam. salah satu contoh di negara Aljazair, tarekat mampu mengusir kolonial Perancis, tutur Amsal.
Pondok Pesantren Nurul Yaqin ini terlihat cukup maju. Sehingga lulusannya bisa kuliah dimana saja. Mereka tidak takut kuliah ke mana-mana. Tidak saja di Sumatera Barat, di pulau Jawa, tapi juga sudah ada yang keluar negeri. Di pesantren Nurul Yaqin ini menjadi gudang ilmu kitab kuning. Jadi memiliki kompetensi untuk mengembangkan disiplin ilmu tasawuf dan tarekat, tambah Amsal.
Bupati Padangpariamana Ali Mukhni menyebutkan, kehadiran Pesantren Nurul Yaqin membuktikan pentingnya menyatu antara ulama dengan pemerintah. Apa yang sudah dilakukan Pemerintah Kabupaten Padangpariaman terhadap Pesantren Nurul Yaqin merupakan bentuk perhatian terhadap kemajuan lembaga pendidikan agama ini. "Insya Allah kita akan upayakan tahun ini bisa mendapatkan dana sebesar Rp 8 – 10 miliar untuk pembangunan gedung baru seperti Rusunawa yang baru ditempati ini," kata Ali Mukhni menambahkan. (Armaidi Tanjung/Anam)