Warta

Warga NU Diminta tidak Lengserkan Presiden

NU Online  ·  Jumat, 30 Maret 2012 | 22:30 WIB

Medan, NU Online
Warga Nahdlatul Ulama (NU) diminta untuk tidak melengserkan presiden SBY dan wakil presiden Boediono jika mereka tidak melanggar konstitusi. Pasalnya, NU tidak ingin sejarah pelengseran Presiden RI Abdurrahman Wahid terulang kembali. Bagi NU, Pemerintahan harus berlangsung selama lima tahun.

“Tidak boleh ada pelengseran, kecuali pemerintah melanggar konstitusi. NU tidak ingin sejarah pelengseran Presiden RI Abdurrahman Wahid terulang kembali. Kami tidak tahu kenapa beliau dilengserkan, padahal tidak melanggar konstitusi,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj dalam tausyiahnya di Konferensi Wilayah (Konferwil) XVI Nahdlatul Ulama Sumut dan Silaturahim Alim Ulama di Asrama Haji Medan, Jumat (30/3) sore.
<>
Konferwil yang berlangsung hingga, Ahad (1/4) itu, dibuka PLt Gubsu H Gatot Pujo Nugroho. Tampak hadir Wali Kota Medan H Rahudman Harahap, Wakil Wali Kota H Dzulmi Eldin, Ketua Umum MUI Sumut Abdullah Syah, Kakanwil Kemenag Sumut H Abdul Rahim, tokoh masyarakat RE Nainggolan, Sekretaris FKUB Sumut JA Ferdinandus, Anggota DPD RI Parlindungan Purba, sejumlah anggota DPRD Sumut, para alim ulama, dan pimpinan pesantren di Sumut.

Said Aqil menegaskan, warga NU wajib mengkritik atau memberikan nasehat kepada pemerintah jika kebijakan-kebijakan tidak disetujui masyarakat. “Tapi jangan pakai bahasa kasar dan mengkritik bukan seperti oposisi, kritik yang dinilai untuk melengserkan presiden,” jelasnya.

Untuk itu, dia meminta warga NU untuk bersama-sama selalu menjaga kebersamaan dan mewujudkan komitmen bersama mengawal keutuhan NKRI. “NU anti kekerasan. Kekerasan atau aksi anarkis yang terjadi beberapa minggu ini merusak arti demokrasi. Mari kita selalu menjaga kebersamaan dan berkomitmen bersama mengawal keutuhan NKRI yang kita cintai ini,” tegasnya.

Dia juga meminta NU untuk selalu ada, berperan serta bermanfaat ditengah era globalisasi ini. “Insyaallah NU harus berperan dan bermanfaat di era globalisasi. Untuk itu, NU harus menyiapkan kader-kadernya dari kerusakan moral akibat arus era globalisasi ini,” katanya sembari menginginkan Sumut harus memiliki universitas NU.

Dia juga menyatakan bahwa NU anti terorisme. Pasalnya, terorisme mengotori nilai-nilai Islam. “NU anti kekerasan, musuh dari para teoris, karena teroris mengotori nilai-nilai islam,” imbuhnya sembari mengatakan, warga NU untuk menghormati ulama, sebab jika tidak ada ulama kita tidak akan mengerti agama.

Tidak Seorangpun Ingin BBM Naik

Saat diwawancara terkait kenaikan BBM, Said Aqil Siroj mengatakan, tidak seorang pun yang ingin harga BBM itu naik. “Presiden pun tidak ingin naik. Tapi kalau memang keadaan harus naik, ya mau bagaimana lagi hanya saja jangan sampai kenaikannya sampai Rp1.500, dicoba dulu Rp500, enam bulan lagi Rp500 lagi, siapa tahu nanti minyak turun, harganya turun lagi,” terangnya.

Sementara itu, saat membuka konferwil tersebut, Plt. Gubsu Gatot Pujo Nugroho meminta setelah konferwil dan silaturahim ini warga NU untuk kembali memiliki semangat, orientasi, dan motivasi baru membangun kab/kota se Sumut. “Pempropsu berharap pertemuan ini akan membawa pencerahan dan rekomendasi-rekomendasi dalam pembangunan Sumut,” katanya.

Dia juga meminta warga NU untuk mendukung kepengurusan PWNU yang baru nanti. “Karena Allah mencintai amal yang dilakukan secara berjamaah. Untuk itu, pengurus yang baru harus didukung, sehingga melahirkan program-program kerja yang handal dan berprestasi,” imbuhnya.

Sementara itu, dalam sambutannya, Rais Syuriyah PWNU Sumut. H Pagar Hasibuan menyampaikan, dalam menampilkan Islam berpaham Ahlusunnah wal Jama’ah, NU menjabarkannya dalam bentuk operasional yakni, tawwasuth (moderat), tawazun (seimbang) dan tasamuh (toleran), I’tidal (konsisten), Syuro (musyawarah).

“Lima prinsip ini merupakan dasar pengembangan ajaran Islam yang gemilang di tanah air. Ini teruji dan diterima oleh seluruh umat Islam di Indonesia,” tambahnya.

Ketua Tanfidziyah PWNU Sumut H Ashari Tambunan mengharapkan, konferensi ini hendaknya tidak sekadar melahirkan pemimpin atau menyusun struktur keorganisasian semata, tapi juga merangsang gagasan yang sesuai dengan konteks saat ini.

“Kita berharap, melalui konferensi ini berbagai keputusan strategis dapat dihasilkan sebagai acuan bagi PWNU Sumut lima tahun ke depan dalam memenuhi tuntutan masyarakat atas keberadaan NU di tengah-tengah masyarakat,” ucapnya.

Sebelumnya, Ketua Panitia Konferwil XVI NU Sumut, H Hatta Siregar melaporkan, konferensi yang digelar hingga Ahad (1/4) ini diikuti peserta dari 32 kabupaten/kota se-Sumut.

Sebelum pelaksanaan konferwil, panitia telah menggelar sejumlah kegiatan prakonferesi, antara lain bahtsul masail diniyah, silaturahmi alim ulama dan tokoh NU Sumut, Rapimnas Lembaga Tak’mir Masjid NU Regional Sumut, dan pemberian bingkisan kepada petugas kebersihan di tiga kecamatan di Medan. 



Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor : Hamdani Nasution