Umat Islam Perlu Kembali Gunakan Politik Minyak
NU Online · Senin, 19 November 2007 | 12:27 WIB
Jakarta, NU Online
Energi minyak bumi yang dimiliki oleh sebagian besar negara-negara muslim merupakan kekuatan yang bisa dimanfaatkan menghadapi hegemoni dunia Barat. Strategi politik minyak bumi yang pernah dilakukan pada tahun 1970-an bisa lakukan kembali.
Pada tahun 1973 dunia Arab yang kaya dengan minyak melakukan embargo pengiriman minyak ke Barat akibat konflik dengan Israel yang didukung negara-negara Barat. Embargo ini menyebabkan harga minyak yang asalnya hanya 3 dolar naik menjadi 5 dolar sampai menjadi 20 dolar.
;“Umat Islam bisa menang jika bersatu dan memanfaatkan energi minyak yang dimilikinya untuk kemaslahatan ummat,” tutur KH Said Agil Siradj di PBNU, Senin (19/11).
Saat ini harga minyak hampir menembus 100 dolar Amerika per barel dan sejauh ini belum tersedia energi alternatif. Minyak merupakan industri stategis yang diperbutkan oleh negera-negara yang memiliki kebutuhan energi yang sangat besar untuk mendukung industrinya. Negara-negara muslim, termasuk Indonesia memiliki posisi tawar yang kuat dengan sumberdaya alam yang dimilikinya.
Kang Said yang lulusan Universitas Ummul Qura’ Saudi Arabia ini berpendapat bahwa terdapat dua strategi minyak yang bisa dilakukan. “Embargo seperti tahun 1970-an bisa diulang dan potensi minyak bisa digunakan untuk mengancam,” tuturnya.
Sayangnya, persatuan diantara ummat Islam sendiri sampai saat ini belum bisa dilakukan dan disisi lain, Arab Saudi sebagai produsen minyak utama di dunia lebih suka memanfaatkan minyak sebagai komoditas ekonomi belaka. (mkf)
Terpopuler
1
Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Idarah 'Aliyah JATMAN Masa Khidmah 2025-2030
2
Asyura, Tragedi Karbala, dan Sentimen Umayyah terhadap Ahlul Bait
3
Penggubah Syiir Tanpo Waton Bakal Lantunkan Al-Qur’an dan Shalawat di Pelantikan JATMAN
4
Gencatan Senjata Israel-Hamas
5
Rais Aam PBNU: Para Ulama Tarekat di NU Ada di JATMAN
6
Gus Yahya: NU Berpegang dengan Dua Tradisi Tarekat dan Syariat
Terkini
Lihat Semua