Sutradara Film Perempuan Berkalung Sorban Diprotes Penyunting Novel
NU Online · Kamis, 12 Februari 2009 | 11:19 WIB
Sutradara film Perempuan Berkalung Sorban (PBS), Hanung Bramantyo, diprotes salah satu penyunting novel dengan judul serupa, Hindun Anisah. Pasalnya, film itu dinilai tak sesuai dengan kisah sebagaimana diceritakan dalam novel.
Menurut Hindun, Hanung gagal menyampaikan substansi novel dalam film. Hal yang menonjol dalam film itu justru kekerasan seorang kiai dan putranya. Padahal, sesungguhnya tidak seperti itu.<>
âNovel itu tidaklah demikian. Dalam pembuatan novel itu, saya terlibat sebagai salah satu editornya. Jadi, saya tahu betul di mana ketidaktepatan film itu,â terang Hindun dalam perbicangan dengan NU Online di Jepara, Jawa Tengah, Kamis (12/2).
Ia menjelaskan, sebetulnya di dalam novel tersebut lebih ditonjolkan âpergulatan wacanaâ tentang teks agama Islam dalam kaitannya dengan hubungan suami-istri atau lelaki-perempuan. Namun, hal itu tidak ada dalam film.
Di dalam yang terjadi justru pemberontakan seorang perempuan yang seakan-akan tidak didukung penafsiran atas teks agama. âDebatnya Anisa (tokoh perempuan yang perankan Revalina S. Temat) asal-asalan saja,â tandas Hindun.
âDi dalam novel, terlihat bahwa kekerasan yang dialami Anisa itu berasal dari pemahaman terhadap agama yang sangat bias gender. Lalu, Anisa melawannya dengan melakukan reinterpretasi teks,â imbuh Hindun yang juga ketua Pengurus Cabang Lembaga Kesejahteraan Keluarga Nahdlatul Ulama Kabupaten Jepara.
Tak hanya itu. Dijelaskan dia, tokoh Anisa, di dalam novel, digambarkan sebagai seorang perempuan yang pandai, cerdas serta menguasai teks-teks agama. âDia (Anisa) berdebat dengan orangtua, guru, dan suami pertamanya (Syamsuddin). Di dalam film, kebenaran tunggal penafsiran teks masih sangat terlihat,â jelasnya.
Film PBS diangkat dari novel berjudul serupa karya Abidah Al Khalieqy. Berlatar belakang tahun 1980-an, budaya patriarki masih kuat di tengah pesantren salafiah (tradisional) di Jawa Timur, saat itu.
Film itu mengisahkan perjuangan seorang muslimah Annisa (Revalina S Temat), anak seorang kiai kondang, Kiai Hanan (Joshua Pandelaky), yang mempunyai pesantren Salafiah putri, Al-Huda.
Belakangan, film itu menjadi kontroversi karena dianggap memojokkan dunia pesantren. Di dalam film, pesantren digambarkan sebagai lembaga pendidikan yang kolot, antiperubahan dan tertutup. Sebagian kalangan, penggambaran itu tidak sesuai dengan kenyataan. (rif)
Terpopuler
1
Rais Aam PBNU dan Sejumlah Kiai Terima Penghargaan dari Presiden Prabowo
2
NU Banten Membangkitkan Akar Rumput
3
Rais 'Aam PBNU Ajak Umat Islam Tanggapi Masa Sulit dengan Ilmu
4
Ketua PBNU Nilai BPKH Penting Tetap sebagai Lembaga Independen
5
Tidak Hanya Pelajar, BGN juga Targetkan MBG Menyasar Ibu Hamil dan Menyusui
6
Penerapan Sumpah dan Bukti di Pengadilan Islam: Studi Qasamah dalam Kasus Pembunuhan
Terkini
Lihat Semua