Jakarta, NU Online
Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinedjad tiba di gedung PBNU, Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat, pada pukul 09.00 WIB. Dengan pengawalan ketat presiden langsung memasuki ruang pertemuan lantai 8 dan disambut hangat oleh Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi bersama hampir semua jajaran pengurus besar NU baik Musytastar, Syuriah dan Tanfidziyah, ditambah perwakilan dari lajnah, lembaga, dan badan otonom NU, juga delegasi dari pengurus wilayah NU seluruh Indonesia.
”Sholatullah salamullah. ’ala thoha rosulillah. Sholatullah salamullah ’ala yasin habibillah,” begitu para kiai menyambut kedatangan presiden Iran. Kalimat itu disebut sebagai Sholawat Badar yang pada masa lalu digunakan oleh warga pesantren untuk membakar semangat juang melawan penjajahan. Sholawat Badar adalah Sholawat perang.
<>Ketua PBNU KH. Hasyim Muzadi sebelum menyampaikan sambutannya kontan menyebutkan salah potongan salah satu ayat al-Qur’an: ”Walillahi junudussamawati wal ’ardl. Wakanallahu 'azizan hakima” (Bahwa Pasukan langit dan bumi itu kepunyaan Allah. Allah Mahamulia dan Bijaksana: Red).
Hasyim menyatakan, kunjungan para ulama, presiden Iran dan segenap rombongan ke PBNU adalah untuk bersilaturrahmi sembari menegaskan kembali bahwa program nuklir di Iran adalah untuk kepentingan pengembangan teknologi. Kepada PBNU, sebelumnya, pihak Iran menyatakan, program nuklir Iran tidak ada kaitannya dengan penciptaan senjata berat.
”Setelah ada penjelasan seperti itu maka tidak ada lain bagi PBNU kecuali berpendapat bahwa pengembangan energi nuklir adalah hak semua negara yang berdaulat. Indonesia pun berhak mengembangkan energi nuklir. Tidak ada satu negara pun yang berhak untuk menghalangi pengembangan teknologi. PBNU memberikan dukungan moral kepada Iran,” demikian hasim membacakan sambutannya.
Hasyim menyatakan, organisasi Nahdlatul Ulama (NU) tidak memusuhi negara manapun termasuk Amerika, Inggris, dan Australia. ”Kita tiak benci Amerika, wong banyak anggota kita yang lulusan sana. Kita hanya memusuhi kesewenang-wenangan, keserakahan dan hegemoni yang mereka paksakan,” kata Hasyim. (nam)
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
4
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
5
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
6
Pos-Pos Petugas Penentu Kelancaran Lalu Lintas Jamaah di Jamarat Mina
Terkini
Lihat Semua