Hari Kartini yang diselenggarakan setiap 21 April diperingati tidak lebih sebagai simbol perjuangan kaum perempuan. Namun, ide, gagasan dan semangat perjuangan Kartini sendiri di masa lalu dalam meningkatkan derajat kaum perempuan, kerap dilupakan.
Demikian dikatakan Ketua Umum Pucuk Pimpinan (PP) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU), Maria Ulfa Ansor kepada NU Online di Jakarta, Selasa (22/4).<>
Ia menjelaskan, perjuangan pejuang perempuan kelahiran Jepara, Jawa Tengah, itu, harus disesuaikan dengan kondisi saat ini. Jika tidak demikian, maka perjuangannya hanya sebatas simbol dan tak mengubah nasib perempuan. “Apa artinya berbusana adat sambil nyopir atau sambil kerja,” tandasnya.
Maria mengaku sangat terkesan dengan perjuangan Kartini. Dalam usia yang sangat muda, sebagai seorang gadis dari kalangan bangsawan mapan, ia sangat peduli dengan lingkungannya. “Ia sudah berpikir tentang apa yang seharusnya dilakukan perempuan ketika itu, surat-menyurat dengan sahabatnya,” tuturnya.
Jeritan-jeritan hatinya karena perlakukan terhadap perempuan yang dianggap tidak adil telah menginspirasikan pemberontakan. Namun, karena tidak ada dukungan dari lingkungan, ia rela dipingit, mengalami keterbatasan pendidikan dan lainnya.
“Ia sangat kritis di zamannya. Saat ini, yang penting adalah substansi perjuangannya. Dia tak hanya membongkar konstruksi budaya yang lebih adil pada perempuan, tetapi ada pergulatan untuk membangun kondisi di mana perempuan harus bangkit,” terang Maria.
Menurutnya, saat ini, jika bandingannya dengan masa lalu, kondisi sudah lebih baik dari yang dialami Kartini. Tetapi masih banyak hal yang harus diperjuangkan perempuan.
“Masih ada diskriminasi, kekerasan, atas nama budaya, pemahaman agama, kekerasan seksualitas, termasuk UU (undang-undang) yang tidak berpihak pada perempuan. Kini bagaimana memaknai kembali substansi yang disuarakan Kartini supaya lebih maju dan lebih berdaya,” pungkas Maria. (mkf)
Terpopuler
1
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
2
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
5
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
Terkini
Lihat Semua