NU Selalu Berada di Jalan Tengah
NU Online · Rabu, 26 April 2006 | 07:36 WIB
Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) selalu berada di posisi tengah antara yang fundamentalis dan yang liberal. NU tetap berpegang pada akar tradisi dan secara hati-hati merespon perkembangan global. NU tidak akan memperturutkan emosi dengan menjadi fundamentalis atau pasrah mengikuti arus globalisasi dan liberalisme tanpa resistensi.
Demikian disampaikan KH. Thalchah, Wakil Rais Syuriah PBNU saat memberikan taushiyahnya dalam acara pembukaan Rakernas IV LDNU di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (26/4). Menurutnya, jalan tengah adalah strategi terbaik bagi Indonesia di tengah pergulatan peradaban-beradaban dunia.
<>“Al-Qur’an telah membuat prediksi bahwa sejarah panjang umat Islam akan menghasilkan pemikiran-pemikiran, kemudian menjadi madzab-madzab yang akan saling adu pengaruh dan dominasi pemikiran di dunia ini. Pada saat ada yang mendominasi, maka munculah respon yang berbeda-beda,” kata Kiai Thalchah.
Mantan menteri agama itu mengatakan. Ada tiga kelompok dengan tiga respon yang berbeda dalam menyikapi dominasi itu. Pertama, kelompok yang takut kehilangan apa yang selama ini mereka miliki dan ideologi yang mereka pegang-kuat-kuat. Menurutnya, kelompok ini akan selalu menolak perubahan dengan cara apapun. “Inilah yang dinamakan fundamentalis. Khowarij adalah proto fundamentalisme di abad pertama Hijriyah,” katanya.
Kedua, Kiai Thalchah melanjutkan, kelompok yang ingin menyesuaikan diri dengan dominasi itu. Mereka mengikuti arus liberalisme. Dalam hal sejarah Islam prototipe aliran ini ada pada Mu’tazilah. Hanya saja, waktu itu posisi Islam memang masih dominan. Ketiga adalah kelompok yang berusaha tetap di jalannya dan tidak ikut dalam arus liberalisasi.
“Kelompok ketiga inilah yang menjalankan da’wah wasatiyah (dakwah jalan tegah: Red). Inilah kelompok ahlussunnah wal jamaah. Kita tetap berada di jalan kita dengan tetap merespon pergerakan peradaban dunia. Pertanyaannya apakah kita mampu memberikan respon dengan baik? Peradaban besar dunia yang menghilang adalah yang tidak mampu menjawab tantangan yang ada secara tepat. Indonesia adalah contohnya,” Kiai Thalchah. (nam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
5
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
6
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
Terkini
Lihat Semua