Munculnya Aliran Sesat Tanda Negara Kurang Perhatikan Rakyat
NU Online · Jumat, 28 Oktober 2005 | 06:59 WIB
Surabaya, NU Online
Pengamat sosial dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dr. M. Ali Haidar mengatakan munculnya kelompok aliran "sesat" akibat dari kurangnya peran negara dalam memfasilitasi berbagai kebutuhan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan maupun keadilan.
"Menurut beberapa teori sosial munculnya kelompok aliran sesat itu pada umumnya disebabkan oleh sekelompok masyarakat yang merasa didzolimi pemerintah sebagai pengatur negara yang tidak memberi berbagai kemudahan untuk memperoleh hak-hak mereka, sehingga mereka membentuk kelompok sendiri," kata Haidar di Surabaya, Kamis
Dia mengemukakan hal itu saat dimintai pendapatnya soal munculnya kelompok-kelompok yang diduga mengamalkan "aliran sesat" di tanah air, sekalipun telah berkali-kali kegiatan mereka tersebut dilarang oleh pemerintah dan kasus terakhir ditangkapnya pemimpin Kelompok Mahdi di di Desa Salena Buluri, Kecamatan Palu Barat, Sulawesi Tengah (Sulteng). Dia tidak setuju bila kelompok tersebut dianggap telah mengajarkan aliran sesat, karena pengamalan agama yang mereka lakukan itu baru dikatakan sesat apabila telah diteliti dari segi hukum agama. Namun, dia lebih cenderung mengatakan kelompok tersebut sebagai kelompok yang melakukan kriminalitas sosial.
"Mereka menganggap setiap orang yang tidak memiliki pandangan dan faham dengan kelompok tersebut sebagai musuh, bahkan aparat yang dinilai sebagai alat negara juga dianggap musuh, karena menghalangi upaya mereka mencari jalan yang mereka tempuh," katanya menjelaskan. Haidar yang pernah menjabat sebagai Sekjen Rabitha Ma`ahid Islamiyah (RMI/Persatuan Pondok Pesantren se-Indonesia) itu mengatakan kelompok Mahdi yang tinggal di desa-desa terpencil dengan tempat tinggal yang berupa gubuk-gubuk itu menunjukkan bahwa mereka tidak pernah mendapat sentuhan dari negara.
"Mereka berupaya memenuhi segala kebutuhannya dengan cara mereka sendiri. Sekalipun cara mereka seringkali dianggap melawan hukum negara dan meresahkan masyarakat sekitarnya," katanya. Menurut Haidar, pada umumnya kelompok aliran yang diduga "sesat" atau "sempalan" itu beranggotakan orang-orang yang jauh dari hidup sejahtera, kurang mengenyam pendidikan dan kurang mendapat perlakuan adil sebagai masyarakat yang hidup dalam sebuah negara.
"Bagaimana mereka bisa merasa mendapat perlakuan adil, wong mengurus segala sesuatu harus membayar, sementara mereka tidak mempunyai uang, sedangkan kalangan orang berada relatif bisa mengatasi berbagai bentuk tekanan," katanya memberi contoh. Ia merasa optimistis, kelompok-kelompok itu akan berkurang jumlahnya bila kesenjangan sosial dapat diatasi dengan memberikan berbagai kemudahan masyarakat memperoleh hak-hak hidup mereka secara adil.(ant/Die)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
5
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
6
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
Terkini
Lihat Semua