Menag: Ada Pertarungan Pemikiran Kebebasan dan Pembatasan
NU Online · Rabu, 23 Februari 2011 | 22:35 WIB
Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali menyatakan, dewasa ini tengah berlangsung pertarungan aliran pemikiran kebebasan melawan pembatasan di tanah air. Aliran pemikiran kebebasan mengusung kebebasan hak asasi manusia (HAM) yang cenderung ke arah liberal.
"Kelompok kebebasan berjuang habis-habisan untuk diakui mendapat kemerdekaan mutlak tanpa aturan dan batasan. Tegasnya, minta kebebasan mutlak. Pemikiran ini tentu saja ditentang. Para penentangnya berpandangan bahwa tanpa aturan, tentu akan timbul ketidakteraturan. Kebebasan mutlak hanya milik Allah," kata Suryadharma Ali ketika bertatap muka dengan jajaran Kakanwil Kementerian Agama dan tokoh-tokoh agama di Pekanbaru, Riau, Rabu (23/2).
gt;
Menurut Menag, bersamaan dengan makin derasnya kelompok pemikir kebebasan sempat mencuat gagasan agar undang undang perkawinan yang kini berlaku hendak digugat. Pasalnya, UU itu diskriminatif karena hanya mengatur berbeda jenis kelamin, pria dan wanita.
Kelompok kebebasan menilai UU perkawinan diskriminatif. Karena itu perlu diubah dengan mengakomodasi kepentingan pria yang ingin menikah dengan pria dan wanita dengan sesamanya, kata Menag.
"Pemikiran semacam itu tak bisa diterima, karena tak sesuai dan sejalan dengan sistem nilai yang berlaku di Indonesia. Kebebasan beragama juga perlu diatur, karena jika ditata akan menimbulkan benturan. Mengubah kitab suci sama halnya dengan mencederai umat beragama bersangkutan. Bisa dikatagorikan sebagai penistaan agama," katanya.
Lebih lanjut Menag menjelaskan, di Barat, membuat kartun nabi Muhammad SAW dianggap sebagai kebebasan berekspresi. Tapi, di Indonesia tak demikian dan masuk sebagai penistaan agama. Karena itu, sistem dan nilai dari negara lain belum tentu bisa diadopsi di tanah air.
Untuk itu, Menag berharap, bagi kelompok yang mendewakan HAM dan penggiat demokrasi harus berfikir ulang untuk menerapkan sistem dari negara lain di tanah air. Sebab, jika dipaksakan akan menimbulkan gesekan sosial yang berimplikasi pada tingginya ongkos sosial.
Ia menambahkan, kini banyak mahasiswa dari tanah air belajar di berbagai belahan dunia. Mereka belajar filsafat dengan pikiran menerawang ke berbagai tempat. Saking asyiknya, mereka lupa akan jatidiri bangsa.
Menag mengimbau agar mahasiswa yang belajar di negara asing dapat menghindarkan diri dari Islam liberal. (ful)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
5
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
6
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
Terkini
Lihat Semua