Lembaga Perekonomian NU Dinilai Kurang Produktif
NU Online · Selasa, 22 Januari 2008 | 07:31 WIB
Lembaga-lembaga perekonomian di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) dinilai kurang produktif. Para pengurusnya kebanyakan lebih asyik berkutat dengan teori-teori dan diskusi di atas meja dan kurang kreatif di lapangan.
“Kesempatan dan peluang itu masih terbuka lebar. Hanya saja kita dituntut untuk selalu kreatif dan jeli,” kata Agus Noor Shodiq Ask, SE, MM, Ketua Lembaga Perekonomian NU (LPNU) Kabupaten Malang, kepada NU Online di Kantor LPNU Malang, Selasa (22/1).<>
Sampai saat ini LPNU Malang sendiri telah berhasil memproduksi beberapa produk unggulan, di antaranya pakan ternak merk Bison, snack merk Bingo, beras merk Bintang Songo, susu kedelai merk Soya 99 dan air minum dalam kemasan merk AQNU.
Semua unit usaha itu saat ini tetap dalam keadaan lancar, baik produksi maupun distribusinya. “Sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak sukses itu, sebab buktinya peluang itu masih sangat luas,” tutur Nur Shodiq, yang juga Kahumas Unisma Malang.
Ia mencontohkan, penanganan denda rekening pembayaran listrik, bila dilihat sepintas tidak dapat menghasilkan uang. Namun bagi mereka yang kreatif, hal itu bisa disulap sebagai sumber penghasilan.
Ia mengaku sempat kalah cepat saat berkunjung ke Kediri beberapa waktu lalu. Ternyata di kota tahu itu penanganan denda rekening listrik sudah digarap oleh “akhina” LDII. Kalah di Kediri, ia melakukan hal yang sama di dua kecamatan di Malang. Ternyata hasilnya memang besar.
Contoh lain adalah usaha yang tengah dikembangkan, PCNU Malang bekerja sama dengan dealer sepeda motor. Isinya berupa himbauan, agar setiap warga NU yang akan membeli motor melapor kepada NU. Hanya itu. Harga dan prosedur semuanya tetap sama. Hanya karena sudah ada kerja sama sebelumnya, PCNU akan mendapatkan fee dari jasa pembelian itu. Paling tidak Rp 200.000.
“Dealer kan tidak mikir macam-macam, yang penting sepedanya laku. Warga juga tidak terbebani sama sekali. Dia cukup melapor, sudah sama nilainya dengan membantu NU,” tegas Gus Nur Shodiq.
“Dua contoh di atas hanyalah sudut kecil dari sekian banyak kesempatan yang terbuka lebar. Hanya, tetap dibutuhkan kreativitas dan inovasi yang tinggi dari para pengurus,” katanya.
Soal kepercayaan warga, mantan PD III FE Unisma itu mengaku memang butuh sosialisasi. Namun ia yakin, selama para pengurus bisa membuktikan mereka serius dan kinerja mereka baik, kepercayaan itu tidak usah diminta akan datang dengan sendirinya.
“Sebenarnya semua itu tinggal kembali pada diri kita sendiri, mau kreatif apa tidak. Hanya itu saja kok kuncinya,” tandasnya. (sbh)
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua