Bincang Eksklusif ‘Menjadi Indonesia’

Ahmad Tohari: Ronggeng, Trauma Kekerasan 1965, dan Kritik Novel ala Gus Dur

Senin, 30 Desember 2024

Program Menjadi Indonesia episode 11 menghadirkan sastrawan senior Ahmad Tohari, penulis "Ronggeng Dukuh Paruk". Novel ini dianggap sebagai karya klasik dalam kesusastraan Indonesia dan sudah diterjemahkan ke beberapa bahasa asing.

Kang Tohari-begitu ia akrab disapa-membeberkan proses kreatif di balik penulisan novel yang kemudian diadaptasi menjadi dua film layar lebar. Trauma masa lalu ketika menyaksikan sendiri pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh PKI pada 1965-1966 mendorongnya menulis novel tersebut.

Dipandu Pemimpin Redaksi NU Online Ivan Aulia Ahsan, pria kelahiran 13 Juni 1948 itu juga mengungkapkan simpati kepada mereka yang menjadi korban pembantaian. "Ronggeng Dukuh Paruk", baginya, adalah sumbangan kepada bangsa Indonesia agar peristiwa serupa tak terulang di masa depan.

la bercerita pula bagaimana Gus Dur mengkritik novelnya yang pertama, "Kubah", hingga ia memanfaatkan kritikan dari Gus Dur itu untuk memperbaiki novel-novel selanjutnya. Satu hal yang jarang diungkap: nama Abdurrahman Wahid ternyata pernah menyelamatkannya dari interogasi dan intimidasi tentara Orde Baru.

Segmen video:
00:00:00 - Prolog
00:00:15 - Aktivitas Ahmad Tohari di masa "pensiun"
00:10:32 - Proses penulisan Ronggeng Dukuh Paruk
00:26:56 - Menjadi saksi mata Peristiwa Kekerasan 1965
00:36:39 - "Penderitaan rakyat kecil" dalam karya Ahmad Tohari
00:48:33 - Tujuan Ahmad Tohari dkk mendirikan BPR Syariah
00:58:28 - Ronggeng Dukuh Paruk diterjemahkan ke beberapa bahasa asing
01:03:01 - Intimidasi Orde Baru dan jaminan nama Gus Dur (Abdurrahman Wahid)
01:10:23 - Kritik sastra ala Gus Dur atas Novel Kubah Ahmad Tohari
01:15:33 - Ahmad Tohari menatap masa depan Indonesia


Simak video bermanfaat lainnya di saluran Youtube NU Online! Subscribe!