Paus Fransiskus, Pemimpin Agama yang Konsisten Mengecam Korupsi
NU Online · Rabu, 23 April 2025 | 14:30 WIB
Mario F Lawi
Kolomnis
Ketika Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia pada awal September 2024, media-media di Indonesia memberitakan tentang kesederhanaannya. Sikap ini memang menjadi salah satu kekhasannya sejak sebelum terpilih menjadi paus. Ia, misalnya, memilih untuk menaiki Innova Zenix, mobil yang lazim digunakan oleh kebanyakan keluarga Indonesia.
Laku hidup sederhana itu seharusnya tidak perlu terlalu diekspos berlebihan jika kita menyadari bahwa sebagai bagian dari kaum klerus, Paus Fransiskus telah mengikrarkan tiga kaul ketika ditahbiskan menjadi imam: Kemurnian/selibat, ketaatan, dan kemiskinan. Lebih jauh lagi, sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik, ia mempraktikkan ajaran guru dan Tuhannya, Yesus Kristus. Dalam Injil, Yesus berkali-kali menekankan kesederhanaan dan penyangkalan diri terhadap orang-orang yang mau mengikuti-Nya sembari mengutamakan kaum terpinggir dan papa.
Keteladanan semacam itu mungkin menyentak kita yang kini hidup di zaman gemerlap media sosial, yang menganggap pamer kemewahan di tengah berbagai ketimpangan sosial adalah lumrah. Hal inilah juga yang dibicarakan oleh Paus Fransiskus dalam karyanya tentang korupsi. Korupsi adalah salah satu masalah yang menjadi perhatian Paus Fransiskus sejak awal menjabat sebagai paus. Berbagai khutbah dan renungan yang dibawakannya menyentil isu tersebut.
Pada 2022, ketika berkunjung ke Malta, ia berbicara tentang korupsi dalam pidato yang sebagian isinya disensor oleh televisi yang dikendalikan pemerintah yang tersandung skandal korupsi. Dalam memoar terbarunya, Hope: The Autobiography (2025), Paus Fransiskus menegaskan bahwa korupsi adalah “kaki tangan dari kengerian.”
Sejak kapan, sebenarnya, tema korupsi menarik perhatian paus pertama dari Amerika Latin itu?
Ketika menjadi Uskup Agung Buenos Aires dan masih dipanggil dengan nama Kardinal Jorge Mario Bergoglio, ia menerbitkan refleksi tentang persoalan korupsi berjudul Corrupción y pecado. Algunas reflexiones en torno al tema de la corrupción (Korupsi dan Dosa: Sejumlah Refleksi tentang Korupsi). Buku ini merupakan publikasi ulang atas artikel yang ditulis pada 1991 dan diterbitkan oleh Editorial Claretiana, Buenos Aires, di tahun 2005.
Setelah Kardinal Bergoglio terpilih sebagai paus, penerbit EMI, Bologna, memublikasikan karya tersebut dalam Bahasa Italia dengan judul Guarire dalla corruzione (Sembuh dari Korupsi) pada 2013. Penerjemahannya dikerjakan oleh Francesco Cerutti dan Chiara Curti dengan revisi dari Laura Aimone Secat dan Rodolfo Casadei.
Membuka refleksinya, Paus Fransiskus memberikan penekanan bahwa korupsi merupakan konsekuensi dari hati yang korup. Tidak ada korupsi sosial tanpa hati yang korup. Meski demikian, hati yang korup bukan akhir segalanya. Hati yang sama juga bisa mencintai dan melekat. Karena itu, menurut Paus Fransiskus dengan merujuk Injil, Yesus mengundang pengikut-Nya untuk mengenali hati sebagai sumber segala tindakan sambil mengutip Injil Matius: “Di mana hartamu berada, di sanalah hatimu berada.”
Guarire dalla corruzione dapat dibagi setidaknya menjadi empat bagian besar: Struktur internal kondisi korupsi, yang dalam beberapa titik dapat dibedakan dari dosa; cara kerja hati yang korup; sejumlah bentuk korupsi yang dihadapi Yesus pada masanya; serta korupsi di kalangan kaum religius.
Bagi Paus Fransiskus, korupsi lebih dari sekadar tindakan. Korupsi merupakan keadaan pribadi dan sosial. Dalam keadaan tersebut, seseorang terbiasa hidup—karena nilai-nilai (atau non-nilai) diintegrasikan ke dalam budaya sejati (vera cultura)—dengan kekhasan, kapasitas doktrinal, dan bahasanya sendiri. Budaya yang dimaksudkannya adalah pigmiisasi (pigmeizzazione), perendahan martabat manusia ke tingkat keterlibatan tertentu. Dalam pigmiisasi, realitas direduksi demi penampilan, yang kemudian bergerak menjadi hilangnya rasa malu dan triumfalisme. Orang tidak lagi malu bertindak korup karena menganggap hal tersebut sebagai penaklukan.
Melalui pembacaan atas Alkitab, Paus Fransiskus menunjukkan bahwa manusia tidak tiba-tiba menjadi korup. “Seseorang bisa menjadi pendosa besar, dan meskipun demikian, tidak jatuh ke dalam korupsi,” tulisnya. Itulah yang terjadi pada tokoh-tokoh Alkitab seperti Zakheus, Matius, perempuan Samaria, dan Nikodemus. Mereka memiliki sesuatu dalam hati masing-masing, yang penuh dosa, untuk menyelamatkan mereka dari korupsi, yaitu hati yang terbuka pada pengampunan.
Dalam Injil, Paus mencontohkan sejumlah tokoh dan kaum korup, mulai dari Herodes dan Herodias, Pontius Pilatus, sampai kaum Farisi, Saduki, Eseni, dan Zelot. Pilatus, Paus mencontohkan, berpura-pura seolah-olah masalah Yesus bukan urusannya, karena itu ia “mencuci tangan”, termasuk untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya di daerah jajahan.
Paus Fransiskus menekankan dua kesamaan yang dimiliki kaum-kaum korup dalam Injil. Pertama, mereka mengembangkan doktrin untuk membenarkan atau menutupi korupsi mereka. Kedua, mereka menjauhkan diri dari orang-orang berdosa, menganggap diri mereka suci, dan dengan perilaku tersebut menyatakan kesucian mereka.
Dengan cara pandang seperti itu, tidaklah mengherankan ketika terpilih sebagai paus, ia menolak kemewahan tinggal di Istana Apostolik, fasilitas yang disediakan untuk paus terpilih, dan lebih memilih tinggal di Casa Santa Marta, tempat penginapan bagi para kardinal yang akan mengikuti pemilihan paus. Ketika mempersiapkan upacara kematiannya, Paus Fransiskus pun lebih memilih dimakamkan dalam peti kayu sederhana setelah meninggal, bukan peti mewah yang dipersiapkan khusus untuk seorang petinggi negara dan gereja.
Demikianlah, hingga akhir hayat, Paus Fransiskus menunjukkan integritas dan keteladanannya dengan menghayati apa yang diajarkannya.
In paradisunt deducant te angeli, Papa Francisce. Requiescas in pace.
Mario F. Lawi, penyair; penerjemah; dan Pranata Humas Diskominfo Provinsi Nusa Tenggara Timur
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua