Tukang Ludruk, Pendiri NU, dan Gambus Al-Misri
NU Online · Rabu, 20 April 2016 | 00:01 WIB
Kabupaten Jombang dan seni opera ludruk seperti hubungan ayah dan anak. Ludruk dikenal masyarakat Jombang sebagai media hiburan, kritik, dan dakwah.
Menurut KH Abdurrahman Wahid dalam salah satu tulisannya menjelaskan; ludruk digunakan sebagai sarana dakwah sekaligus komunikasi para kiai dan masyarakat. Hal ini terlihat pada penampilan lakon yang tidak menghadirkan sosok perempuan. Sosok perempuan digantikan oleh sosok lelaki yang bermacak perempuan.
Tersebut Asmuri, tokoh ludruk di masa lalu. Ia santri Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari. Karena terlalu sering meludruk, Asmuri pun ditegur oleh kiai pendiri NU tersebut agar membuat seni variasi yang lain.
Asmuri, santri yang cerdas dan memiliki rasa estetika tinggi tersebut, lalu meracik seni gambus Al-Misri.
Pada penyambutan Ekspedisi Islam Nusantara Senin, (19/4/2016) di Pendopo Bupati Kabupaten Jombang, seni gambus Al-Misri tersebut ditampilkan.
Menurut KH Agus Sunyoto, gambus Al-Musti itu asli kreasi santri pesantren Tebuireng. Saat itu, Asmuri yang ayah Asmuni, pelawak Srimulat yang terkenal itu, ditegur Hadratussyekh, "Ri, awakmu akui dojo melirik ae."
Dan, konon sejak kecil, Gus Dur gemar dengan gambus Al-Misri itu. (Syakdillah/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
2
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
3
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
4
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
5
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
6
Kurangi Ketergantungan Gadget, Menteri PPPA Ajak Anak Hidupkan Permainan Tradisional
Terkini
Lihat Semua