Tiga Hal Mengapa NU Layak Dipromosikan ke Dunia
NU Online Ā· Kamis, 9 Juli 2015 | 03:00 WIB
Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Asāad Said Ali menyebutkan sedikitnya tiga halĀ yang menjad alasan mengapa NU layak dipromosikan ke tingkat dunia melalui muktamar ke-33 NU di Jombang yang mengangkat tema besar āMeneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Duniaā.<>
Pertama, menurut Asāad, secara politik NU telah menyelesaikan konsep kenegaraan di tengah penduduk yang mayoritas Muslim namun terdiri dari banyak agama, suku, dan adat istiadat, serta tinggal di banyak pulau. Pada Muktamar di Banjarmasin Kalimantan Selatan pada 1936,Ā beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka, NU telah merumuskan konsep negara Islam yang khas dengan menggabungkan antara Islam dan nasionalisme, yang sering dikenal dengan istilah darus salam.
āDi beberapa negara Islam atau yang mayoritas penduduknya Muslim, persoalan Islam dan nasionalisme ini belum selesai sampai sekarang,ā katanya kepada NU Online di Jakarta, Selasa (8/7).
Pada satu sisi, menurut Asāad, mereka menyatakan Islam, tapi kesukuan mereka sangat kuat. Negara-negara yang ada dikuasai oleh satu suku tertentu. Fanatisme terhadap kelompok atau aliran juga sangat kuat dan selalu menimbulkan konflik berdarah yang berkepanjangan dan turun-menurun.
Kedua, NU layak dipromosikan ke tingkat dunia karena prinsip sosial dan kemasyarakatannya sudah mapan dan bisa menjadi model. Melalui organisasi atau jamāiyah NU, para ulama dan umat berkumpul untuk membahas dan menyelesaikan masalah bersama.
āSecara sosial, ormas NU bisa jadi model. Konsep keumatan kita sudah aplikatif. Di Mesir, misalnya, ada organisasi ulama saja, umatnya tidak ikut. Kita melalui NU ini, para ulama dan jamaah tidak terputus,ā katanya.
Salah satu peran ormas yang paling penting adalah ketika terjadi benturan atau konflik kepentingan antar masyarakat, atau antara masyarakat dengan negara. NU bisa mengambil peran sehingga segala sesuatu tidak harus diselesaikan melalui pendekatan politik, atau bahkan militer.
āDi negara-negara Timur Tengah, ormas semacam NU ini tidak ada sehingga tidak ada yang menjadi penengah. Dan yang lebih penting lagi, ormas model NU ini bisa diterima oleh non muslim,ā kata Asāad yang belasan tahun bertugas di Timur Tengah ini.
Ketiga, menurutnya, NU layak dipromosikan ke dunia karena kesiapannya untuk menerima berbagai perbedaan pendapat. NU mengakui empat madzab di bidang fiqih, dan mengizinkan umat mengikuti salah satu dari empat madzab: Hanafi, Maliki, Syafiāi dan Hambali.
āDi Saudi hanya memakai madzab Hambali. Di Irak dulu ada namanya Madrasah Mustansiriyah. Madrasah ini menyiapkan tempat beda-beda tempat untuk madzab-madzab. Kalau kita ini berbeda-beda mazhab di satu tempat dan saling menghargai,ā katanya.
Kesiapan NU untuk menerima perbedaan pendapat itu, menurut Asāad, itulah kunci kekuatan NU bisa menjadi penengah dan penyeimbang di tengah masyarakat yang berbeda-beda. āNU bisa jadi pemersatu semua,ā ujarnya.
Terkait penerimaan oleh dunia Muslim, menurut Asāad, NU patut berbangga karena para ulama dan cendekiawan muslim dari beberapa provinsi di Afganistan telah mempelajari NU mendirikan Nahdlatul Ulama Afganistan (NUA) yang secara keorganisasian persis dengan NU yang ada di Indonesia. āMuslim India juga akan mendirikan NU,ā tambahnya. (A. Khoirul Anam)
Ā
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua