Satu Tambah Satu Sama dengan Dua, Bukti Kebenaran Selalu Ada
NU Online · Senin, 28 Februari 2022 | 13:29 WIB
Muhammad Faizin
Penulis
Bandarlampung, NU Online
Kebenaran dan kebatilan merupakan dua hal yang berlawanan dan selalu muncul dalam kehidupan. Dalam sejarah panjang peradaban dunia, kebenaran akan selalu ada dan menjadi pemenang dalam setiap pergulatan. Karena hakikatnya kebatilan itu tidak ada dan akan hilang ketika kebenaran hadir. Seperti kegelapan yang pasti akan hilang ketika sinar menyergap datang.
Inilah refleksi mendalam yang disampaikan oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Muhammad Mukri saat berbincang dengan NU Online, Sabtu (26/2/2022) terkait dinamika yang terjadi di era modern saat ini.
Terlebih di era media sosial saat ini yang semakin menunjukkan bahwa era post truth (pasca kebenaran) telah benar-benar datang. Era di mana kebenaran terus mendapatkan ‘serangan’ sehingga menjadikannya seperti sebuah kebatilan dan sebaliknya, kebatilan terus disuarakan sehingga bisa nampak seperti kebenaran. Namun menurut Prof. Mukri menegaskan, pada akhirnya kebenaran pasti yang akan menjadi pemenang.
“Satu tambah satu itu sama dengan dua. Walaupun tidak diucapkan semua sepakat karena ini adalah kebenaran. Sebaliknya ada yang mengatakan satu tambah satu sama dengan lima. Adanya lima ini karena diucapkan. Namun pada hakikatnya semua tidak akan menyetujuinya karena ini adalah sebuah kebatilan,” katanya memberi contoh sederhana.
Sehingga lanjutnya, kebenaran adanya Allah swt itu pun tak harus dikatakan karena semua sudah meyakininya sebagai sebuah kebenaran. Tak perlu menanyakan kebenaran adanya Allah swt. Keberadaan langit dan bumi serta isi seluruh jagad ini sudah menjadi bukti nyata atas adanya Allah swt. “Itulah kebenaran, tak mesti terlihat tapi akan selalu ada dan menjadi pemenang,” katanya.
Dengan kesadaran bahwa tidak semua hal harus bisa dilihat dengan mata, maka keimanan kepada Allah swt pun akan semakin meningkat. Keimanan ini akan memunculkan kesadaran bahwa semua yang ada di dunia ini merupakan kehendak dari-Nya. Termasuk takdir mulia yang telah Allah berikan kepada umat Islam karena bisa berpegang teguh pada agama yang diridhoi oleh Allah.
“Araftu rabbi bi rabbi walau la rabbi lamma araftu rabbi. Aku mengetahui Tuhanku karena Tuhanku, dan sekiranya tidak karena Tuhanku, niscaya aku tidak akan mengetahui Tuhanku,” pungkas pria yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Provinsi Lampung ini.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua