Pihak Keluarga Kisahkan Riwayat Organisasi KH Ali Yafie
NU Online · Senin, 26 Februari 2024 | 18:30 WIB
Tangerang Selatan, NU Online
Acara haul pertama KH Ali Yafie pada Ahad (25/2/2024) dimulai sejak pagi sekira pukul 07.00 WIB dengan tahlil dilanjutkan ngaji bersama 20 orang mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
Mewakili pihak keluarga, KH Helmi Ali Yafie menyapa sekaligus mengenalkan secara singkat kerabat dan tokoh yang sudah hadir.
"Yang hadir ini adalah orang yang sudah biasa berinteraksi dengan ayahanda semasa hidupnya atau bisa dibilang orang-orang terdekatnya," kata KH Helmi, putra kedua KH Ali Yafie saat haul yang diadakan di kediaman Menteng Residence, Bintaro sector 7, Tangerang Selatan, Banten.
Kiai Helmi mengatakan tentang ayahandanya bisa dibilang pelopor Darud Da’wah Wal-Irsyad (DDI). "Pada tahun 1947, KH Ali Yafie menjadi sekretaris PB DDI dan mengakhiri di DDI itulah satu-satunya jabatan yang beliau pegang hingga wafatnya sebagai Ketua Majelis Syuyukh PB DDI," kata Kiai Helmi.
Pihaknya mengaku termasuk orang yang beruntung, karena Kiai Ali Yafie pada masa akhir hayatnya masih didampingi oleh kerabat dan kadang menjadi teman diskusi. "Di antaranya Prof Dr Andi Syamsul Bahri, Prof Dr Said Agil Husin Al-Munawar, Kiai Zen, Hariman Siregar, dan lainnya. Ini yang membuat ayahanda segar kembali waktu itu," bebernya.
Lebih lanjut dia mengatakan Kiai Ali Yafie juga aktif melalui Gerakan Pendidikan berbasis pesantren berupa Darud Da’wah Wal-Irsyad (DDI) di Sulawesi Selatan mulai tahun 1938. Sekitar tahun 1950-an barulah NU masuk ke Sulawesi Selatan.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Taqwa di Jamboe, Pinrang, Sulawesi Selatan itu meneruskan kisah, pada tahun 1953 di Pare-pare ayahandanya mengemban amanah sebagai Rais Syuriyah di Sulawesi Selatan.
"Tahun 1954 diangkat sebagai Kepala Jawatan Agama Pare-pare. Lalu, di tahun 1960 diangkat sebagai Hakim Agama beliau pindah ke Makassar sekaligus Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama," terang kiai yang memiliki karya salah satunya Politik Islam dalam Lintasan Sejarah.
Tahun 1971, Kiai Ali Yafie terpilih menjadi anggota DPR-RI sekaligus terpilih menjadi salah satu Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada muktamar NU Ke-25 di Surabaya.
"Tahun 2010 ayahanda sudah melepas semua jabatannya di DDI, tapi murid-muridnya ingin KH Ali Yafie menjadi pemimpin Majelis Masayikh, wal hasil hingga akhir hayatnya masih memimpin," jelas kiai yang juga aktivis senior yang malang melintang di beberapa lembaga seperti Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Lakpesdam PBNU, dan P3M itu.
Kontributor: Singgih Aji Purnomo
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
3
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
4
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
5
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
6
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
Terkini
Lihat Semua