Nasional

Pengajar Program PandAI Ikuti Halal bi Halal dan Pendalaman Materi

NU Online  ·  Ahad, 20 April 2025 | 14:15 WIB

Pengajar Program PandAI Ikuti Halal bi Halal dan Pendalaman Materi

Halal bi halal dan pendalaman materi Artificial Intelligence (AI) diadakan oleh NUCare Global dari LAZISNU dan Microsoft pada Sabtu (19/4/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Para pengajar Program Perempuan Pandai AI (PandAI) mengikuti acara halal bi halal yang dilanjutkan dengan pendalaman materi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Agenda ini diadakan oleh NUCare Global dari LAZISNU dan Microsoft di Hotel Maxone, Panglima Polim, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Sabtu (19/4/2025).


Pengajar asal Kediri, Jawa Timur yakni Fianda Julyantoro menyampaikan bahwa kegiatan pembekalan bagi pengajar PandAI sangat meningkatkan pengetahuan yang mendalam tentang AI.


"Kita mendapat materi tentang AI yang lebih banyak dan akan kita bagikan secara luas kepada perempuan Indonesia melalui PandAI. Ini sangat bagus,” ujar Fianda kepada NU Online.


Ia mengapresiasi kepedulian Nahdlatul Ulama (NU) kepada kaum perempuan dalam hal kecerdasan melalui literasi digital berupa AI.


“Adanya program PandAI ini sangat bermanfaat, ini menunjukkan kepedulian NU terhadap kecerdasan perempuan agar mereka bisa menularkan kepada masyarakat di sekitarnya,” katanya.

 

Fianda berharap dengan perempuan yang belajar teknologi AI dapat memilih informasi secara benar dan akurat sehingga tidak mudah menyerap informasi yang tidak sesuai.

 

“Mereka bisa memfilter hal-hal yang tidak benar, apalagi hari hoaks beredar sangat luas, kalau tidak paham mereka bisa tersesat,” ungkapnya.

 

Sementara itu, Konsultan NU Care-LAZISNU Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Anjani Amitya Kirana menyampaikan bahwa program PandAI bertujuan untuk memberdayakan perempuan Indonesia melalui literasi digital terkait AI.

 

“Perempuan-perempuan di Indonesia ketika mendengar kata Ai ada juga yang baru mendengarnya, bahkan ada yang takut mendengarnya karena takut sebagai ancaman, padahal AI ini merupakan teknologi alat untuk menciptakan produktivitas dalam bekerja,” ujar Anjani.​​​​​​


Anjani menyampaikan bahwa program ini dilaksanakan secara online sampai bulan Juni 2025 yang terbuka secara luas bagi perempuan Indonesia di mana pun berada dan tidak dibatasi oleh usia.


“Kita banyak melibatkan komunitas perempuan ada juga para Pekerja Migran Indonesia (PMI). Peserta yang mengikuti itu ada usia 13 sampai 65 tahun. Pelatihan AI ini secara umum jadi tidak terbatas agama serta usia," ucapnya.

 

"Kita secara online, jadi warga Indonesia yang sedang di luar negeri pun bisa mengikuti seperti ada PMI dari Australia, Hong Kong,” tambahnya.


Ia berharap dengan adanya Program PandAI, pengetahuan perempuan semakin meningkat.


“Kita berharap dengan adanya pelatihan ini, perempuan semakin peduli teknologi. Teknologi sebenarnya tidak perlu ditakuti karena menjadi alat kemandirian ekonomi dan di rumah tangga,” ujar Anjani.


Senada, Co Founder dan Chief of AI dari Meeting.AI, Samsul Rahmadani menyampaikan bahwa teknologi AI dapat meningkatkan produktivitas perempuan Indonesia.


“Dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas bisnis dan dapat juga untuk memperkenalkan secara luas mengenai (pengetahuan) AI.


Ia mengapresiasi NU yang telah peduli kepada kaum perempuan melalui program PandAI sehingga pengetahuan para peserta semakin bertambah.


"NU itu sebagai organisasi yang sudah lama di Indonesia, sangat care pada dunia-dunia yang baru seperti pada AI. Ini sebagai langkah atau terobosan untuk menghadapi teknologi baru,” ungkapnya.

 

Peserta dapat mengikuti program PandAI melalui laman perempuanpandai.org