Pelajaran Penting dari Gus Sholah menurut Najwa Shihab
NU Online · Sabtu, 5 Februari 2022 | 10:30 WIB
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Najwa Shihab menempatkan sosok KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) sebagai contoh real dalam berdemokrasi. Bagi Gus Sholah, lanjut Najwa, kekalahan dan kemenangan merupakan hal biasa dalam demokrasi.
Pernyataan tersebut disampaikan Najwa Shihab dalam peringatan haul ke-2 KH Salahuddin Wahid via zoom meeting, Kamis (3/2/2022) malam.
“Gus Sholah merupakan teladan dalam demokrasi. Kekalahan dan kemenangan adalah hal yang biasa dalam demokrasi,” kata Najwa Shihab.
Najwa menjelaskan, semasa hidupnya, Gus Sholah pernah dua kali merasakan kekalahan dalam pemilihan ketika mencalonkan diri menjadi Wakil Presiden pada tahun 2004 dan Ketua Umum PBNU pada 2015.
“Meskipun kalah, Gus Sholah tidak menampakkan kemarahan yang berlebihan atau amuk yang tidak masuk akal dari dirinya,” imbuh putri cendekiawan muslim M Quraish Shihab ini.
Najwa menambahkan, Gus Sholah juga mengajarkan kepada masyarakat Indonesia tentang kapan saatnya berhenti dan kembali pulang ke tempat tinggalnya yang asli dalam mengemban amanah setelah menempuh lika-liku perjalanan hidup.
Gus Sholah yang sebelumnya merupakan seorang aktivis mahasiswa, pengusaha konstruksi, penulis, cendekiawan, politikus, dan tokoh nasional pada akhirnya memilih kembali pulang ke Jombang menjadi Pengasuh Pesantren Tebuireng.
“Sangat banyak dari kita yang tidak tahu kapan saatnya berhenti, banyak yang masih antusias dan rakus mengejar banyak hal. Tapi, Gus Sholah tahu kapan saatnya berhenti dan di pemberhentian terakhir itulah Gus Sholah menemui Sang Khalik,” tutur Najwa.
Najwa Shihab menambahkan, dari sosok Gus Sholah ia belajar bahwa perbedaan pandangan dan pendapat merupakan hal yang normal dan tidak bisa menjadi alasan putusnya persaudaraan.
Masyarakat Indonesia sudah mafhum bahwa Gus Sholah dan Gus Dur yang notabene kakak beradik kerap kali berselisih pendapat di media massa.
Polemik di antara keduanya terjadi dalam berbagai hal, seperti halnya ketika saudaranya, Gus Dur mendirikan PKB, Gus Sholah memilih bergabung dengan Partai Kebangkitan Umat (PKU).
Sebagaimana dalam buku berjudul KH A Wahid Hasyim dalam Pandangan Dua Puteranya, keduanya juga memperdebatkan pandangan sang ayah tentang hubungan agama dan negara.
Gus Dur yang berpandangan bahwa Kiai Wahid dalam bernegara cenderung sekuler tidak disetujui oleh adiknya. Gus Sholah menilai bahwa Kiai Wahid merupakan figur negarawan yang relijius.
“Meskipun demikian, tentu saja polemik ini tidak menciptakan kesenjangan dalam ikatan persaudaraan. Perbedaan yang timbul dalam pemikiran mereka justru menjadi tanda kekayaan intelektual keduanya,” tandas Najwa.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
2
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
3
Peringatan HUT Ke-80 Kemerdekaan RI, Ketum PBNU Ajak Bangsa Teguhkan Persatuan
4
Kiai Miftach Jelaskan Anjuran Berserah Diri saat Alami Kesulitan
5
Tali Asih untuk Veteran, Cara LAZISNU Sidoarjo Peduli Pejuang Bangsa
6
Gerakan Wakaf untuk Pendidikan Islam, Langkah Strategis Wujudkan Kemandirian Perguruan Tinggi
Terkini
Lihat Semua