Nasional

PCINU Jerman Ajak Santri Terus Belajar hingga Jadi Mahasiswa di Perguruan Tinggi Luar Negeri

NU Online  ·  Senin, 21 April 2025 | 18:00 WIB

PCINU Jerman Ajak Santri Terus Belajar hingga Jadi Mahasiswa di Perguruan Tinggi Luar Negeri

Webinar Inspiring Talk Kartini bertema Indonesia Berkisah: Sekolahlah Tinggi-Tinggi yang diselenggarakan PCINU Jerman dan dipandu oleh Sekretaris Jenderal PCINU Jerman Rina Agustina pada Ahad (20/4/2025). (Foto: tangkapan layar zoom)

Jakarta, NU Online

Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman Miftah El Azmi mengajak para santri untuk terus belajar dan menggapai cita-citanya hingga menjadi mahasiswa di perguruan tinggi luar negeri.


Hal tersebut ia sampaikan dalam webinar Inspiring Talk Kartini bertema Indonesia Berkisah: Sekolahlah Tinggi-Tinggi yang diselenggarakan PCINU Jerman dan dipandu oleh Sekretaris Jenderal PCINU Jerman, Rina Agustina pada Ahad (20/4/2025). Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan santri, baik perempuan maupun laki-laki.


“Kami mengajak para santri untuk terus belajar dan meningkatkan literasi. Kita buktikan bahwa santri sekarang peduli akan pendidikan,” ujar Miftah.


Senada, Dosen Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) Yulianingsih Riswan menyampaikan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim tanpa memandang gender.


“Dalam Islam terdapat hadits perintah belajar, thalabulilmi faridhatunala kulli muslimin wa muslimatin, menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim laki-laki dan Muslim perempuan. Artinya tidak khusus bagi laki-laki saja, tetapi perempuan juga boleh,” katanya.


Memperingati momentum Hari Kartini pada 21 April, Yulianingsih mengajak seluruh santri putri untuk melanjutkan pendidikannya karena perempuan memiliki peran sebagai agen perubahan untuk bangsa.


“Perempuan jangan takut untuk melanjutkan pendidikannya, karena perempuan sebagai madrasah ‘ula bagi anak-anak didiknya dan anaknya kelak,” ujarnya.


Customer Success Lead, Vanguard Automation, Jerman, Muhammad Rodlin Billah menyampaikan hal serupa bahwa santri laki-laki dan perempuan harus saling mendukung dalam upaya menempuh pendidikan.


“Santri laki-laki yang kelak akan menjadi suami, jangan membatasi pendidikannya istri tetapi kalian saling mendukung, kalau bisa keduanya sama-sama melanjutkan pendidikan S1, S2, hingga S3 di luar negeri,” ujar Oding, sapaan akrabnya.


Ia juga mengajak para santri untuk lebih tanggap terhadap perkembangan teknologi agar dapat mewujudkan impiannya berkuliah di luar negeri.


“Teknologi sekarang mudah diakses, sebagai santri harus melek teknologi, mulai dicicil persiapan untuk melanjutkan kuliah, misalkan di kuliah butuh jago Bahasa Inggris maka gunakan teknologi untuk belajar Bahasa Inggris,” katanya.


Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Muhammad Nida’ Fadlan berharap, kemudahan akses terhadap teknologi dapat mendorong semangat para santri untuk melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi.


“Internet ini menghubungkan santri di Indonesia dengan santri yang di luar negeri. Jadi bisa para santri belajar ke santri yang sedang berkuliah di luar negeri untuk meminta tips belajar dan lolos ke perguruan tinggi di luar negeri,” ujarnya.