Nasional

Majelis Alumni IPPNU Bahas 4 Isu Pemberdayaan Perempuan dalam Munas 2025

NU Online  ·  Senin, 5 Mei 2025 | 19:00 WIB

Majelis Alumni IPPNU Bahas 4 Isu Pemberdayaan Perempuan dalam Munas 2025

Jajaran MA IPPNU bersama Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi dan Ketua PBNU Gus Ulil Abshar Abdalla. (Foto: TVNU/Miftah)

Jakarta, NU Online

Majelis Alumni Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (MA IPPNU) membahas empat isu terkait dengan pemberdayaan perempuan dalam musyawarah nasional (Munas) yang diselenggarakan di Aula Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Jakarta Pusat pada Senin (5/5/2025).


Ketua Umum MA IPPNU Safira Machrusah menyampaikan bahwa acara ini dihadiri oleh para alumni IPPNU dari berbagai wilayah, antara lain Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jakarta, Banten, Kalimantan Selatan, Palembang, Lampung, dan Sulawesi Selatan.


1. Akses pendidikan

Rosa, sapaan akrab Safira Machrusah, menyatakan bahwa ketidaksetaraan akses pendidikan perempuan masih sering terjadi, baik dalam pendidikan formal maupun informal.


Menurutnya, keterbatasan akses ini membuat perempuan rentan mengalami berbagai bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual.


“Terlihat dari angkatan kerja, misal pekerja migran, ada 70 persen dengan tingkat pendidikan terakhir SD. Ketika mereka dipaksa dikirim menjadi pekerja migran, mereka mengalami keterbatasan, seperti akses, dan Informasi,” ujar Rosa.


2. Budaya patriarki

Menurut Rosa, budaya patriarki masih cukup kuat yang menyebabkan kesenjangan antara perempuan dan laki-laki.


“MA IPPNU berusaha meminimalisir budaya ini,” katanya.


3. Ekonomi dan sosial

MA IPPNU juga menyoroti adanya kesenjangan ekonomi yang mudah diliat dari perbedaan pendapatan antara perempuan dan laki-laki.


“Belum lagi pada aspek sosial, akses terhadap sumber daya manusia terbatas dan kekerasan terus bertambah,” ungkap Rosa.


4. Literasi digital

Rosa mengatakan bahwa terbatasnya akses informasi menyebabkan perempuan rentan menjadi lebih rentan terhadap pelanggaran hak-haknya.


Ia berharap, MA IPPNU dapat terus mendampingi dan memberdayakan perempuan Indonesia agar memperoleh akses dan informasi yang setara sesuai dengan hak-haknya.


“Ini menjadi momentum penting untuk membangun kekuatan bersama, semangat dalam kehidupan kita, dan makin tangguhnya aliansi perempuan Indonesia,” ucapnya.


Sementara itu, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Absar Abdalla atau Gus Ulil menyampaikan harapannya agar MA IPPNU dapat menjadi wadah bagi perempuan-perempuan NU dalam berbagi dan mengembangkan ilmu pengetahuan, ekonomi, dan spiritualitas.


“Dalam bidang ekonomi, kita punya role model, Siti Khadijah. Dalam bidang pengetahuan, kita punya, Siti Aisyah. Bahkan dalam bidang bidang spiritual, kita punya Siti Nafisah. Artinya, Islam tidak melarang bahwa (perempuan) aktif di ruang-ruang sosial,” ujar Gus Ulil.


Ia menegaskan, NU tidak pernah membatasi keterlibatan perempuan di ruang publik. Hal ini terlihat dalam kepengurusan PBNU yang terdapat perempuan, diantaranya Alissa Wahid dan Safira Machrusah.


“Semoga dengan adanya MA IPPNU, kiprah perempuan NU makin kuat, makin baik, dan makin berkualitas,” pungkasnya.