KH Miftachul Akhyar Terangkan Amal yang Diterima dan Balasannya di Dunia
NU Online · Sabtu, 3 Mei 2025 | 18:00 WIB

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat mengaji kitab Al-Hikam di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (2/5/2025). (Foto: tangkapan layar kanal Youtube KH MIftachul Akhyar)
A. Syamsul Arifin
Penulis
Surabaya, NU Online
Diterima dan tidaknya amal manusia sepenuhnya menjadi hak prerogatif Allah swt. Begitu juga balasan yang akan diterima, baik di dunia maupun di akhirat kelak.Â
Kendati demikian, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menyampaikan bahwa para ulama memberi isyarat akan amal yang dapat diterima oleh Allah, yakni amal yang dilakukan dengan cara dan niat yang benar, serta diiringi dengan keikhlasan.
Bila hal itu dipenuhi, ada potensi besar amal-amal yang sudah dikerjakan diterima dan dibalas di akhirat. Kalaupun mendapatkan balasan di dunia, itu hanyalah sedikit saja, laiknya cipratan air.
"Amal yang mendapatkan cipratan di dunia ini tentu adalah amal yang diterima. Amal yang diterima itu pun atas anugerah Allah, bukan kewajiban Allah menerima amal itu," katanya saat ngaji Syarah Al-Hikam di pondok pesantren asuhannya di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (2/5/2025).
Wujud percikan balasan amal di dunia menurutnya tentu beragam. Manusia bisa saja tak menyadarinya bahwa hal itu adalah buah dari amal yang telah dilakukan sebelumnya.Â
Seperti kemudahan-kemudahan dalam menggapai cita-cita, diberikan ketenteraman meniti kehidupan, jiwa dan hati yang selalu tenang, kesenangan melakukan kebaikan-kebaikan, dan seterusnya.
"Kita mungkin tidak merasa diterima, tapi hati kok senang, setelah beramal kok hati plong. Nah, hati plong, itu saja sudah merupakan pahala (balasan) yang dicipratkan Allah di dunia ini," jelas Kiai Miftach, sapaannya.
"Apalagi merembet ke mana-mana, Allah sangat kuasa merembetkan amal meski terhadap sesuatu yang tak ada kaitannya. Misalnya usahanya tiba-tiba berkembang. Itu di dunia," sambungnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini menegaskan, itu semua adalah anugerah Allah kepada hambanya di dunia. Karena balasan amal seutuhnya hanya akan diberikan di akhirat, sesuai janji-Nya. "Karena kalau semua amal dibalas di dunia, tak cukup dunia ini," jelas Kiai Miftach.Â
Balasan Amal tidak bisa dihitung secara nalar sehat. Banyaknya amal yang dilakukan manusia tidak selalu akan berbanding lurus dengan balasan yang bakal diterimanya.
"(Makanya) di akhirat kelak akan ada orang yang terkaget-kaget, dia beramal sedikit tapi menerima balasan begitu banyak. Yang kita harapkan tentu seperti itu," ungkapnya.
Tugas manusia hanyalah meyakini bahwa Allah memiliki kuasa penuh atas amal yang dilakukan oleh manusia.Â
"Pokoknya yakin saja, jangan ragu. Yang penting ikhtiar, apa yang menjadi kewajiban. Sebagai kepala rumah tanggal misalkan, kerja ya kerja saja. Kalau sudah dikira sudah selesai, sudah, pasrah saja kepada Allah. Itu tanda orang yang sudah punya keyakinan," pungkasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
4
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
5
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
6
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
Terkini
Lihat Semua