Garda Fatayat NU Perkuat Peran Perempuan dalam Keamanan dan Kebencanaan
NU Online · Ahad, 4 Mei 2025 | 13:00 WIB
Suci Amaliyah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Sabtu (3/5/2025) sore, suasana aula tempat pelaksanaan Diklat Tingkat Dasar (DTD) Garda Fatayat (Garfa) NU tampak semarak. Sekitar lima puluh kader Fatayat NU memenuhi ruangan, mengenakan seragam batik hijau muda dan kerudung putih.
Mereka tampak antusias menyimak paparan narasumber mengenai tata cara menjadi protokoler yang baik. Para peserta ini merupakan kader terpilih yang akan menjadi fasilitator di daerahnya masing-masing untuk menyelenggarakan pelatihan serupa.
Garfa merupakan satuan pengaman yang dibentuk oleh Fatayat NU untuk memberikan kontribusi khusus dalam berbagai aspek yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan, keamanan, dan ketahanan sosial.
Ketua Bidang Kaderisasi dan Organisasi, Dewi Winarti mengatakan Garfa diinisiasi karena adanya kebutuhan dari Fatayat NU sendiri. Garfa pertama kali lahir di PW Fatayat NU Yogyakarta pada 2019 dan diluncurkan Pimpinan Pusat Fatayat NU pada masa kepemimpinan Ketua Umum Anggia Ermarini pada tahun yang sama. Sampai saat ini Garfa masif di tiga provinsi yakni Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Lampung.
Adapun dokumen modul, atribut Garfa semakin disempurnakan periode saat ini Ketua Umum PP Fatayat NU Margaret Aliyatul Maimunah.
Seiring perjalanannya, ada beberapa hal yang belum maksimal karena pergerakan Garfa masih terbatas di tiga wilayah, sedangkan percepatan rekrutmen kader harus dilakukan sebagaimana target yang dicanangkan Ketua Umum Fatayat NU agar selalu tumbuh dan merata di seluruh wilayah.
"Alhamdulillah, setelah melalui FGD bersama tiga wilayah kami bisa menyatukan berbagai perbedaan pandangan, model, dan manajemen Garfa serta menyusun modul Garfa sebagai panduan PPFNU di semua tingkatan. Modul ini telah disampaikan dan disepakati dalam forum Konbes PPFNU," ungkapnya ditemui NU Online di sela-sela kegiatan.
Dewi mengungkapkan bahwa DTD nasional pertama yang digelar di Taman Rekreasi Wiladatika Cibubur ini menjadi model baru dari modul yang telah disepakati bersama. Sebagaimana arahan Ketua Umum PP Fatayat NU untuk melakukan percepatan kaderisasi.
"Garfa akan menjawab kebutuhan organisasi masyarakat terkait menjalankan mandat NU untuk menjaga Aswaja dan NKRI. Garfa juga memperkuat ideologisasi kader serta kemampuan skill kader dalam bela negara, keprotokolaan, dan kebencanaan," ucapnya.
Sementara kaderisasi formal lebih banyak menekankan ideologisasi dengan penguatan nilai kebangsaan. Ideologisasi tetap ada di Garfa, namun ditambah dengan penguatan keterampilan.
Rencana tindak lanjut ini, kata Dewi, para kader Fatayat NU akan melanjutkan ke diklat tingkat lanjutan dan dapat menyelenggarakan pelatihan serupa di daerah masing-masing, karena beberapa daerah sudah lebih dulu meluncurkannya.
"Ini kebutuhan mendesak. Daerah sudah merespon baik dan ingin segera melakukan pelatihan," tegasnya.
Ia menambahkan, ilmu keprotokolan penting karena Fatayat sering mengelola kegiatan, sehingga butuh mendalami ilmu tersebut. Kepedulian Fatayat terhadap bencana yang menimpa masyarakat, terutama perempuan dan anak, juga menjadi alasan pentingnya Garfa.
"Kita ingin memberikan dukungan dengan menghadirkan kader perempuan untuk mendampingi korban perempuan dan anak, terutama dalam konteks trauma healing," katanya.
Dewi menambahkan bahwa banyak kader Fatayat NU tertarik pada nilai kepanduan, sosial, dan kebencanaan, yang selama ini belum terwadahi. Garfa menjadi ruang ekspresi dan pengabdian mereka.
"Semoga ini langkah yang tepat. Sahabat-sahabat kita yang suka kepanduan, cinta alam, bisa terwadahi," harapnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama (PP Fatayat NU) Margaret Aliyatul Maimunah menyebut karakteristik gerakan Garfa berbeda dengan lembaga sejenis.
Keberadaannya mungkin mirip, tetapi tentu ada karakteristik yang berbeda antara satu sama lainnya. Namun, di tengah perbedaan itu, penting untuk sinergi antara Garfa NU dengan lembaga-lembaga tersebut.
"Kita tidak perlu membandingkan Garfa dengan Banser atau CBP. Masing-masing memiliki karakteristik dan peran strategisnya sendiri. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bersinergi untuk kemaslahatan umat,” tambahnya.
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua