Nasional

Gandeng Kitabisa, Fatayat NU Pastikan Layanan Kesehatan Berkelanjutan bagi Perempuan

NU Online  ·  Kamis, 15 Mei 2025 | 21:00 WIB

Gandeng Kitabisa, Fatayat NU Pastikan Layanan Kesehatan Berkelanjutan bagi Perempuan

Penandatanganan Head of Agreement (HoA) oleh Fatayat NU dan Kitabisadotcom, di Jakarta, pada Kamis (15/5/2025). (Foto: dok. Fatayat NU)

Jakarta, NU Online

Pimpinan Pusat (PP) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) menggandeng platform penggalangan dana Kitabisadotcom untuk memastikan keberlanjutan program pendampingan layanan kesehatan masyarakat, khususnya bagi perempuan dan kelompok rentan. Penandatanganan Head of Agreement (HoA) antara kedua belah pihak dilakukan di Jakarta, pada Kamis (15/5/2025).


Langkah ini diambil menyusul akan berakhirnya program Perempuan Bersuara Kawal JKN pada Juni 2025. Program ini merupakan hasil kolaborasi PP Fatayat NU dan Yayasan Akatiga yang telah berjalan selama empat tahun dengan dukungan pendanaan dari World Bank.


Program Perempuan Bersuara Kawal JKN berfokus pada pendampingan masyarakat dalam mengakses layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dengan perhatian khusus pada perempuan dan anak-anak.


Fatayat NU menghadirkan kader-kader pendamping di delapan kabupaten/kota di tujuh provinsi untuk melakukan edukasi, advokasi, dan fasilitasi layanan kesehatan secara langsung di akar rumput.


Yayasan Akatiga, sebagai mitra utama Fatayat NU, memberikan kontribusi penting dalam penguatan metodologi, pelatihan kader, serta pemantauan dan evaluasi program. Sebagai lembaga riset kebijakan publik berbasis di Bandung, Akatiga turut memastikan pendekatan yang digunakan bersifat partisipatif dan berbasis data.


Ketua Umum PP Fatayat NU Margaret Aliyatul Maimunah menegaskan bahwa kolaborasi ini membuktikan kekuatan sinergi antara organisasi perempuan dan lembaga riset.


“Program ini bukan sekadar pendampingan teknis, tapi menyentuh sisi kemanusiaan. Banyak perempuan yang akhirnya bisa mengakses layanan kesehatan karena didampingi kader kami,” ujarnya.


Menurut Margaret, kehadiran kader Fatayat NU di lapangan telah membuka akses kesehatan bagi banyak masyarakat yang sebelumnya terhalang oleh persoalan administratif, keterbatasan informasi, hingga ketakutan menghadapi birokrasi.


Sejak 2021, program ini telah dilaksanakan di Muaro Jambi dan Kota Jambi (Jambi), Kota Bandung (Jawa Barat), Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pati (Jawa Tengah), Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri (Jawa Timur), serta Kota Ternate (Maluku Utara). Di daerah-daerah itu, kader Fatayat NU menjadi tumpuan masyarakat dalam menjembatani kebutuhan layanan kesehatan dengan sistem JKN.


“Tidak jarang kader kami harus berjibaku dengan waktu dan emosi. Mereka hadir saat masyarakat sedang dalam kondisi paling rentan, sakit parah, tidak tahu harus ke mana, atau tidak mampu membayar iuran,” jelas Margaret.


Namun, program yang terbukti memberi dampak besar ini menghadapi tantangan keberlanjutan seiring dengan habisnya periode pendanaan. Dalam berbagai forum dialog, masyarakat di daerah dampingan menyatakan harapan besar agar program tetap berjalan.

 


Merespons kebutuhan tersebut, Fatayat NU menjalin kerja sama dengan Kitabisadotcom. Melalui kemitraan ini, Fatayat NU akan membuka kanal donasi publik untuk mendukung keberlanjutan program. Model crowdfunding ini diharapkan bisa menjadi salah satu jalan untuk menjaga keberlangsungan pendampingan kesehatan berbasis komunitas.


“Spirit gotong royong yang dimiliki masyarakat Indonesia sangat besar. Kami percaya, dengan platform seperti Kitabisa, publik bisa ikut berkontribusi menghadirkan keadilan layanan kesehatan,” tutur Margaret.

 


Selain itu, Fatayat NU meluncurkan buku Cerita Kader, yang merekam kisah-kisah nyata perjuangan para pendamping dalam membantu masyarakat mengakses layanan kesehatan. Buku ini menjadi dokumentasi sekaligus bentuk pengakuan atas kerja-kerja sosial yang selama ini sering luput dari perhatian publik.


“Cerita-cerita ini bukan sekadar narasi haru, tapi bukti bahwa gerakan perempuan bisa menjadi kekuatan perubahan sosial,” tambahnya.


Ke depan, Fatayat NU berkomitmen untuk memperluas jangkauan program ke wilayah-wilayah lain yang memiliki tantangan serupa dalam hal akses kesehatan. Dengan dukungan masyarakat dan jejaring NU di tingkat daerah, Fatayat NU yakin gerakan ini dapat terus berkembang.


“Ini adalah bagian dari jihad sosial kami. Bagi Fatayat NU, mendampingi masyarakat bukanlah proyek sementara, melainkan amanah untuk memperjuangkan hak hidup yang layak bagi semua,” pungkas Margaret.